Tuesday, January 10, 2012

Permen Yang Begitu Berkesan

Pernahkah anda mendapat permen yang begitu berkesan? Saya pernah.

Waktu masih bekerja di Tripatra saya beberapa kali ikut training leadership dan kepemimpinan. Waktu itu Tripatra sedang dalam tahap yang begitu bernafsu untuk growth setelah penyelesaian project UPD 2. Impian untuk menjadikan Tripatra perusahaan yang go international pun dibuat. Training-training diadakan untuk meningkatkan kemampuan karyawan untuk menghadapi tantangan. Training yang paling heboh waktu itu adalah traning PMT (Project Management Training) yang bekerjasama dengan Experd, salah satu perusahaan sumberdaya manusia punyanya ibu Eileen Rachman yg kompeten, beliau sering menulis di kompas sabtu. Training itu dibuat untuk engineer-engineer yang potensial menjadi pemimpin Tripatra. Tentu saja untuk bisa mengikuti training itu harus dengan seleksi yang ketat.

Saya dengan penuh kesadaran amat sangat menyadari kalau saya adalah orang yang selalu bermasalah dengan psikotest semenjak jaman SMA, kuliah sampai kerja. Bukan karena apa-apa, saya tidak percaya dengan psikotest. Bagaimana mungkin orang yang gak percaya dengan psikotest bisa bagus hasil psikotestnya? Ketidak percayaan saya terhadap psikotest bukan karena hasilnya yang kacau, justru karena saya dibilang amat sangat jenius. Aneh menurut saya dibilang jenius, sejak itu saya gak percaya lagi. Heuheu. Lain kali saya ceritakan tentang psikotest.

Saya pernah berdiskusi dengan boss saya mengenai program PMT itu, di container dia di UPD 2 project.
saya bilang apa adanya “menurut saya programnya kurang menarik dan gak ada gunanya pak”,
seperti biasa boss saya langsung panas “kenapa anda ngomong seperti itu pak?, ini real opportunity buat anda pak
saya kuliah belajar system pak, dosen saya selalu bilang harus melihat sebuah opportunity dan masalah dengan menyeluruh” saya nyablak,
Boss saya orang yang pantang kalah pastinya, masak kalah dari saya “ini kita mulai pak, supaya lebih baik, supaya career pathnya anda jelas
Saya mengerti pak, tapi membaca buku bagus tentang sepeda, tidak membuat orang itu bisa bersepeda” Saya bilang analogi saya bagaimana melihat sebuah training.
Lantas saya bilang “ Saya prefer involve di project jadi project engineer daripada training

Akhirnya setelah berbagai seleksi dan psikotest, seperti yang sudah saya duga, saya tidak ikut dan tidak terpilih untuk training PMT itu. Sambil tersenyum-senyum masam saya berfikir, kenapa nama saya tidak ada? mungkin karena tidak berpotensi, mungkin karena boss saya melihat dari sudut pandang lain. Lagian saya juga tidak terlalu beminat. Saya tidak mengikuti PMT dan dipindahkan ke Project Management sebagai project engineer.

Training PMT bergulir saya tidak ikut, saya mulai sebagai project engineer, luar biasa sibuknya, pernah saya masuk kantor 6 minggu tanpa off termasuk sabtu minggu dan hari libur. Gila-gilaan kerjanya. Lucunya banyak orang yang berfikir saya kerja gila karena saya ikut training PMT jadi penuh motivasi, termasuk bos-bos lainnya padahal gak, heuheu. Saya harus belajar banyak hal, selain mengenai manajemen proyek saya harus belajar Legal, Finance, IT, Construction, semuanya. Belum lagi waktu itu saya tiap sabtu ikut training CFA di Financial Club. Untung waktu itu saya gak sakit. Terkadang saya berfikir, kenapa saya mau kerja gila, padahal saya lembur pun gak dibayar. Sebenernya saya bisa aja kerja santai-santai. Kenapa? Sampai akhirnya saya capek sendiri.

Sampai suatu hari saya disuruh ikut training PMT, saya bisa ikut, karena ada beberapa orang peserta PMT yang seharusnya ada yang tidak bisa ikut, jadilah saya mengisi slot orang yang gak bisa ikut tersebut walaupun saya kurang suka.

Sebagai peserta baru, yang belum pernah ikut training seperti yang lainnya, sebagian besar yang saya lakukan saat training hanya menyimak, memahami karakter orang-orang, saya juga gak terlalu berminat buat aktif. Saya ikuti trainingnya, entah kenapa pengisinya (waktu itu bu Eileen Rachman) terus menerus menunjuk saya buat ngomong, mungkin karena dia belum pernah melihat saya sebelumnya.

Akhirnya tiba pada acara game, setiap orang dibagikan permen warna-warni, setiap orang harus memberikan permen ke orang lain sesuai dengan karakter warna yg dia nilai sesuai dengan orang tersebut. Warna merah untuk orang yang pinter, warna hijau untuk yang ceria, warna coklat untuk yang kalem dan seterusnya.

Game pun dimulai, semua orang membagikan permen ke orang lain, sambil menilai-nilai karakter orang tersebut warna apa yang pantas diberikan kepadanya, semua heboh. Awalnya saya biasa aja, hanya ikut-ikutan, saat saya sampai di meja, menumpuk begitu banyak permen warna kuning, dari peserta training lainnya, sahabat dan teman-teman sekantor saya. Saya kaget mendapat banyak permen warna kuning, saya tidak menyangka kalau orang lain memandang saya sesuai dengan kepribadian permen warna kuning. Pada game itu, permen warna kuning diberikan untuk orang yang selalu bersemangat dan pantang menyerah.

Selama ini saya selalu berfikir saya orang yang sering menyerah dan malas. Ternyata tidak dari sudut pandang orang lain. Rasanya saya berterimakasih pada game itu telah mengingatkan saya, kalau pemimpin itu harus terdepan, selalu bersemangat dan pantang menyerah. Ternyata, terkadang kita perlu mengakuan jujur dari sahabat untuk lebih memahami dan mengingat lagi siapa kita sesungguhnya.

Coba luangkan waktu berjalan dengan sahabat, dan saling mendiskusikan tentang diri masing-masing, kelebihan dan kekurangan dengan segala kejujuran hati.

Saya yang kurang menyukai training, malah kembali menyadari diri saya saat training dari sahabat-sahabat saya. Gara-gara permen.

Never give up, never ever surrender.



Friday, January 06, 2012

Apa Yang Emak Bilang?

Hampir 11 tahun saya merantau, pergi meninggalkan kampung halaman tanah tempat darah tertumpah di kota Padang, menuju petualangan kehidupan. Dari seorang anak lugu dengan segala kebodohan dan rasa takut, mengejar pengalaman, ilmu dan kedewasaan. Dulu pertamakali dalam hidup mencium tangan emak saat berangkat UMPTN, minta doa dan ridho biar lulus.

Apa yang emak selalu bilang sebelum semua percakapan diantara kami dimulai? Entah di telepon atau di rumah.
“Nak, Jangan lupa sholat 5 waktu, jangan bolong-bolong lagi”
“Nak, hematlah, emak tau bujangan itu duitnya habis terus”
“Nak, jangan pernah takut kalau yakin kamu benar”
“Nak, carilah urang awak, karena emak tau bagaimana sifat keras kepalamu”

Mak, anakmu mohon maaf karena sholat yang masih bolong-bolong, duit yang habis terus, rasa takut yang selalu memburu dan urang awak yang belum berjumpa.

Seoul – didinginnya winter January 2012