Friday, November 18, 2011

Saya Beruntung

Gak terasa udah 9 bulan saya di Seoul, di Korea. Sungguh perjalanan yang amat menarik dan menyenangkan, berada di negeri yang sebelumnya gak pernah saya bayangkan. Saya memang bukan pecinta drama korea, juga gak terlalu mengerti asia timur itu seperti apa kebudayaannya. Bagi saya, pencarian pemahaman baru dengan perjalanan ke tempat-tempat baru adalah hal yang mutlak dalam hidup. Apapun itu baik atau buruk, semua harus dilihat secara positive untuk perkembangan kedepan. Mengambil opportunity untuk menjadi engineer di perusahaan Korea di Seoul memang salah satu pilihan hidup yang mengubah sudut pandang saya.

Saya beruntung 5 tahun di Tripatra mengalami semua phase project, belajar dan memahami dunia EPC, belajar dari leader-leader hebat Tripatra, terimakasih, It’s a priceless moment in my lifestory. Tripatra memang tempat hebat untuk membentuk pondasi engineering yang kuat, mengetahui arti project management, memahami makna kerja keras, saya beruntung. Saya berhasil melewatkan transisi saya ke GSEC Korea seamlessly, dengan riak-riak yang tak terlalu banyak .

Tepat hampir setahun lalu saya di telpon untuk wawancara dengan GSEC, wawancara saya dengan perusahaan lain, setelah 4 tahun sebelumnya dengan RNR, bos saya di Tripatra. Bagi saya yang hidup dengan perfeksionis dan logis ini, saya sering mengambil keputusan penting malah tidak dengan logika, tapi dengan perasaan. Saya memasukkan aplikasi ke GSEC karena ada perasaaan bahwa saya akan diterima, that’s all, tanpa pernah membayangkan embel-embel keluar negeri, hidup di Korea, salary dan sebagainya. Hampir sama saat saya memilih jurusan di ITB, saya undi pake kertas, heuheu. Di hari wawancara, saya telpon mama di Padang, minta doa, saya ingat di ketawa sambil bilang “Serius? Mau ke luar negeri?” “Iya, saya mau ke Korea dululah sebelum ke Europe atau USA” saya bilang sambil tertawa. Yang terbaik sajalah untuk kamu, trus nikahnya kapan?” jawabnya. Dan awal Maret 2011 saya berangkat ke Seoul.

Sampai di Seoul, 7 jam perjalanan dari Jakarta, waktu itu akhir winter, udara terasa dingin,menembus tulang. Ternyata temperature -3 degC, pertama kali saya merasakan temperature negative, paling rendah 9 degC di Islamabad sebelumnya.

Mungkin saya gak akan lama2 disini, karena bagaimanapun saya tetep orang minang, otak bisnis selalu muncul dan perjalanan harus terus dilanjutkan :)

Tapi saya akan berusaha, merangkum cerita yang saya lalui selama di Seoul ini. Lebih baik telat daripada tidak sama sekali.

 

Kenapa kuliah terus Pak?

Waktu gw ikutan kuliah CFA (Chartered Financial Analyst), gw berkenalan dg seorang bapak berumur kurang lebih 50 tahunan, Chinese dia. Diawal kelas pertama kali, bapak itu duduk di sebelah gw, kita ngobrol panjang lebar, sejak itu gw deket dg dia. Di awal perkenalan kami, gw tanya dia “wow.. kenapa bapak seumur ini masih ikut training beginian? Saya pikir, bapak pasti expert, bahkan jauh lebih expert dari pengajarnya” Dia ketawa trus bilang, “David, saya taruhan sama anak saya, siapa yang bisa dapat gelar CFA lebih dulu.” “Hanya itu?” gw tanya lagi, dan dia ketawa sambil nanya, “kamu kerja dimana emang?” “Tripatra, saya engineer pak, project engineer, engineer yang penasaran ama finance” jawab gw. “kuliah dimana?” tanyanya, kalo ditanya ini pasti senang menjawabnya, “ITB, Teknik Fisika, control” kata gw. “Bagus, berarti deket kita, saya juga engineer, kita sama2 bermain di control room” katanya. Gw langsung kaget, bapak ini ternyata engineer, pembawaannya tenang, ngobrolnya ok, nyambung, punya nasionalisme tinggi, mantabh bener dah.

Jadilah, gw tertarik dan menelusuri dia jauh lebih dalam, “bapak dulu kuliah dimana?” gw tanya dia. “Saya chemical engineering, dulu pernah jadi proses engineer, saya dulu kuliah di NTU, National Taiwan University, saya asli Suroboyo, mangkanya saya bilang kita sama-sama main di control room” katanya. Kita ngobrol panjang lebar, dia bener2 nasionalis sejati dia, cinta banget ama Indonesia, pulang dari kehidupan nyaman di luar negeri, merintis usahanya dari awal, hingga sukses sekarang ini, ngobrol, membuka cerita2 undercover pemimpin & politikus masa kini, (dia pendukung JK-red) “kok bisa ngomong politik pak? Dan kenal dengan orang-orang itu?” “Thesis saya tentang itu, tentang politik” katanya, “saya ngambil Doktor Hukum di UI, mereka teman-teman saya, banyak yang saya kenal.” Bapak penuh semangat ini ternyata punya banyak gelar, sarjana teknik kimia, master teknik, sarjana ekonomi, master ekonomi, sarjana hukum sampai doktor, dan dia masih mau ikut training CFA tiap hari Sabtu selama 6 bulan. Hebatnya, dia menayakan kabar gw kalo gw gak datang kuliah, dan sebaliknya dia ngabarin gw kalo dia gak datang. Gw tanya “Kenapa kuliah terus pak?” “Saya mempekerjakan banyak orang, dari yang tamat smp sampai doktor, dari engineer sampai legal, saya harus jauh lebih paham dan salah satu caranya untuk paham adalah kuliah, sekolah dan terus belajar” katanya.

Dan gw jadi malu dengan diri sendiri.