Monday, December 26, 2011

Kisah Sepeda

3 minggu yang lalu gw mendapat doorprize, sebuah sepeda warna putih, mereknya Titicaca. Sebelumnya gw belum pernah mendapatkan doorprize, ini adalah doorprize pertama kalinya, tapi bukan itu yang ingin gw ceritakan kali ini.

Faktanya adalah, gw belum pernah punya sepeda seumur hidup, jadi sepeda ini adalah juga sepeda pertama gw. Dulu saat gw belum menginjak TK gw memang pernah punya sepeda dengan roda bantu, sepertinya sepeda itu gak perlu dihitung disini. Ya, amazing, akhirnya gw punya sepeda beneran yang benar-benar kepunyaan gw, yang kepemilikannya sah ditangan gw.

Dulu gw belajar sepeda dengan memimjam sepeda BMX teman gw, tetangga sebelah rumah, maklumlah, dia punya banyak mainan, dari yang penting sampai gak penting. Gw bisa bersepeda kelas 2 SD, gw ingat waktu itu cawu 3 kelas 2, menginjak mau naik kelas 3, gw belajar mengendarai sepeda seefektif mungkin, saat sang teman meminjamkan sepedanya, akhirnya gw berhasil menguasainya dalam 2 hari. Menginjak kelas 3 SD gw sudah malang melintang mengendarai sepeda, tapi sayang sekali gw belum punya sepeda, hanya meminjam dari teman gw, sepeda kakak perempuannya yang jarang dipakai, jadi gw boleh meminjamnya.

Saat kelas 3 SD itu pula, mau naik kelas 4 SD, lagi heboh-hebohnya sepeda Federal, fun bike diadakan setiap minggu, bentuk sepeda berganti, dari sepeda BMX menjadi Federal. Dan, semua orang punya sepeda Federal! Sebagai seorang anak yang semua orang dilingkungannya punya sepeda, tentu saja gw pengen punya. Orang tua gw bilang akan membelikan sepeda bwt gw. Kelas 3 SD, naik kelas 4 gw rangking 1, juara kelas. Gw memberanikan meminta dibelikan sepeda federal ke nyokap. Dengan santainya nyokap bilang “gak ada duit”, gila, panik gw, semua orang punya sepeda dan gw? Gak mungkin terus-terusan meminjam sepeda temen.

Sempat gw mengamuk, gw bukan tipe orang yang ngambek, tapi sering mengamuk segila2nya, kalau keinginan gak tercapai. Kebiasaan gw mengamuk itu sejak dari kecil kata orang tua, nenek, tante2 gw, kebiasaan yang aneh sejak gw balita. Sekarang sih sudah berkurang, sudah makin dewasa, dan dilampiaskan ke hal lain. Hehehe. Gw mengamuk minta dibelikan sepeda Federal, sejadi2nya. Tetap orang tua gw gak berniat membelikannya. Akhirnya gw menyerah. Nyokap bilang kalo di atas gudang, di langit2 rumah ada sepeda ontel, kita biasa menyebutnya sepeda unta. Sepeda itu, sepeda nyokap saat sekolah di SMP 1 Padang dulu. Makin mengamuk gw, dibecandain kyk gitu ama nyokap. 2 hari berlalu, akhirnya gw turunkan juga itu sepeda, daripada gak ada sama sekali.

Sepeda onthel itu berdebu, tapi masih bagus, warnanya hitam agak hijau, ban-nya bocor, remnya masih bagus, sadelnya dari kulit warna hitam. Dinamo dan lampunya masih nyala, rantainya juga masih kuat. Masih ada tulisannya, mereknya “phoenix”, akhirnya gw bawa ke bengkel sepeda, gw minta duit buat ganti ban ke nyokap, dan nyokap setuju. Kedua bannya diganti baru, sepedanya gw bersihin sampai mengkilat, rantainya dikasih gemuk. Sepedanya ada boncengannya di belakang, rem-nya teromol, benar2 berbeda dengan sepeda Federal.

Sepeda onthel poenix itu berhasil gw bersihkan dan bisa dipake jalan. Gw coba mengendarainya di sekitar rumah. Malu? Pastinya, karena gak ada orang yang pakai sepeda itu sebelumnya, tapi apa daya daripada gak ada sepeda yang dipakai. 2 hari sudah sepeda itu gw pakai sekeliling rumah, lumayan, seru juga, jalannya cepat, karena rodanya memang di desain untuk jalan raya, remnya bagus, lampunya nyala, dan bisa mengeluarkan klakson kring kring. Hehehe. Di rumah OK, tapi bagaimana kalau dibawa kesekolah? Mau ditaruh dimana muka ini?

Ahh, gw gak peduli dengan apapun, gw gak mau gak bisa bermain dengan teman-teman karena gak punya sepeda. Biarlah gw sedikit malu, tapi bisa bermain bersama. Akhirnya gw bawa sepeda ontel merek phoenix itu ke sekolah. Gw kayuh pelan, perlahan, gw sudah siap untuk malu semalu-malunya di ejek oleh teman-teman karena sepeda gw bukan Federal. Ingin rasanya balik pulang kerumah, tapi gw musti sampai disana. Tiba di gerbang, teman-teman gw sudah bermain dengan riang di pekarangan sekolah. Gw datang mengayuh sepeda ontel tua, semua melihat ke arah gw, semua diam, semua kaget terbelalak. Gw lebih panik lagi memikirkan apa yang akan terjadi. Semua teman menghampiri gw, menyentuh sepeda gw, mungkin mereka kaget juga melihatnya. Gw bilang, “ini sepeda gw, turunan dari nyokap.” Gw galau.

Teman gw bilang “sepedanya keren” “mantabh” “hebat” “gak nyangka waang pake sepeda ini”. Gw lebih kaget lagi, kalau teman-teman gw memuji sepeda gw. Semua orang berebutan pengen make sepeda ontel gw, mereka rela meminjamkan sepeda mereka ke gw demi naik sepeda gw. Di komplek rumah temen gw juga gitu, semua berebut naik sepeda gw. Tiba-tiba jadi selebritis. Heuheu..

Gw benar-benar gak menyangka respon yang gw dapat dari teman-teman. 180 derajat berbeda dari apa yang gw bayangkan. Dan kisah itu mengubah cara pikir gw kecil terhadap dunia sampai sekarang. Gw belajar untuk menjadi percaya diri, gw menjadi orang yang independent, gw menjadi orang yang optimis, bahkan naive. Sejak itu gw percaya, jangan pernah menyerah sebelum pernah mencoba. Semua hal hanya masalah mengenai apa yang kita pikirkan saja, tidak lebih. Pikiranmu adalah milikmu, bahagiamu juga milikmu, sedihmu juga milikmu, perjuanganmu juga milikmu. “Who care with other people think about you”.

Gw selalu mengenang kisah sepeda ini, jika kehilangan semangat untuk menjadi optimis, dan lemah karena segala cacian.



 

Wednesday, December 07, 2011

K-Pop? K-Drama? Sorry I don't Understand

Bekerja di perusahaan gede kyk GS engineering & construction membuat banyak orang2 disini sedikit menghargai gw. Sebagai non-inhabitant yang beberapa kali travelling sampai ke middle east. Gw akan berbagi cerita mengenai karakter orang-orang Korea yang gw temui. Tentu saja dari sudut pandang Engineer dari Indonesia kyk gw.

Rata-rata orang Korea susah englishnya, bahkan freshman (engineer entry level) setingkat sarjana yang baru masuk kerja ngomong englishnya susah bener. Padahal mereka sudah belajar english dari jaman SD, hell! Anehnya mereka pikir English mereka bagus.. wakakak.. Gw punya teman sesama instrument engineer namanya Jung, dia tamatan Georgia tech USA, dia orang Korea yang englishnya paling bagus yang pernah gw temuin, itupun karena dia kuliah di USA. Jung bilang ke gw “David, Korean English is shiiit, you will not understand them” dia ngomong begitu ke gw dihari pertama gw kerja di GS, dan dia adalah Korean pertama yang menyapa gw. Dia bilang “Korean people are difficult, not like another country.” Untung dia bilang ke gw dihari pertama gw masuk, sampai sekarang gw memang membuktikan apa yang dia bilang.

Orang Korea menarik? Gak sama sekali menurut gw. Gw gak ngerti kenapa ada orang yang bisa tergila2 dengan K-Pop, Korean drama, aktris Korea atau apapun itu. Apa menariknya melihat muka yang di surgery, dengan cetakan yang hampir sama bentuknya, suara yang cempreng dan pas-pasan berlenggak lenggok? Atau drama korea yang nyontek drama Jepang, ide ceritanya gak jelas, dan bertolak belakang sama kehidupan sehari-hari? Jangan pernah membayangkan kehidupan orang sini seperti drama-drama yang mereka bikin, 180% bertolak belakang, beda banget! Orang korea aslinya adalah orang yang dingin, penakut, mereka egocentris, humor mereka gak jelas, anak mudanya munafik, jelas sekali kalau mereka inferior dan gak kreatif.

Munafik? Ya! Orang sini takut untuk menjadi berbeda, takut untuk ketinggalan mode. Jadilah kalau disubway, semua orang memakai pakaian dengan model yang sama, tas model sama, sepatu model sama. Freak! Ketawa gw ngelihatnya kasihan, mereka bener2 diperbudak oleh tukang jualan. Gw ngebayangin, “pantes gampang mengatur masyarakat sini, karena menjadi berbeda itu sebuah kesalahan disini” Coba bayangkan perasaan gw sebagai orang yang nyata-nyata berbeda dengan mereka?? Wakakak.. Jung bilang ama gw “It will be difficult with you to make a friend with Korean, they think they are modern and western style but not.” dan itu benar adanya. Cuman sedikit orang sini yang tulus untuk menjadi teman.

Mereka berfikir mereka paling pintar, padahal minta ampun, susahnya memahami sesuatu. Ini adalah masalah yang paling parah menurut gw. Gw bersyukur boss gw Mr. Kang adalah orang yang lama tinggal di luar negeri, jadi jauh lebih open minded. Disetiap team meeting dia selalu bilang kelemahan2 orang sini dan dia selalu takut dengan cara berfikir anak muda anakmuda disini yang malas dan lambat mengerti. Mr. Kang selalu bilang “David, 5 years working experience in Korea is nothing but they think they understand well, do you know what I mean?” dan gw tertawa, 6 bulan kerja disini, gw menyadari apa yang dia maksud. Boss gw suruh semua orang nanya ke gw kalau ada masalah engineering, tentu saja Koreannya bertanya dengan ogah2an, secara umurnya lebih tua dari gw. heuheu.. Pekerjaan yang biasa gw lakukan 2 jam di Indonesia, disini dikerjakan oleh engineer sini 8 jam. Hayhay,.. Untung gak ada yang sotoy dan sok ngajarin.

Gw akui Seoul adalah kota yang lengkap, modern, bersih. Tapi kadang terlalu dingin untuk non inhabitant kyk gw. Faktanya menurut gw Korea itu gak punya heritage. Mungkin karena mereka ada diantara China dan Jepang, jadinya nanggung. Hehehe.. Mau ngomong kerajaan, history kaisar gak ada, istana/palace cuman gitu2 aja, bingung gw. Jauh lebih wah ngomongin heritagenya China ato Jepang. Mereka beruntung dulu dibantu USA saat perang Korea, karena posisi mereka di antara China & Jepang, Amerika mengendalikan Korea sampai sekarang.

Ntar gw sambung lg deh, kita belum ngomongin fisik ini. Hahaha..






Friday, November 18, 2011

Saya Beruntung

Gak terasa udah 9 bulan saya di Seoul, di Korea. Sungguh perjalanan yang amat menarik dan menyenangkan, berada di negeri yang sebelumnya gak pernah saya bayangkan. Saya memang bukan pecinta drama korea, juga gak terlalu mengerti asia timur itu seperti apa kebudayaannya. Bagi saya, pencarian pemahaman baru dengan perjalanan ke tempat-tempat baru adalah hal yang mutlak dalam hidup. Apapun itu baik atau buruk, semua harus dilihat secara positive untuk perkembangan kedepan. Mengambil opportunity untuk menjadi engineer di perusahaan Korea di Seoul memang salah satu pilihan hidup yang mengubah sudut pandang saya.

Saya beruntung 5 tahun di Tripatra mengalami semua phase project, belajar dan memahami dunia EPC, belajar dari leader-leader hebat Tripatra, terimakasih, It’s a priceless moment in my lifestory. Tripatra memang tempat hebat untuk membentuk pondasi engineering yang kuat, mengetahui arti project management, memahami makna kerja keras, saya beruntung. Saya berhasil melewatkan transisi saya ke GSEC Korea seamlessly, dengan riak-riak yang tak terlalu banyak .

Tepat hampir setahun lalu saya di telpon untuk wawancara dengan GSEC, wawancara saya dengan perusahaan lain, setelah 4 tahun sebelumnya dengan RNR, bos saya di Tripatra. Bagi saya yang hidup dengan perfeksionis dan logis ini, saya sering mengambil keputusan penting malah tidak dengan logika, tapi dengan perasaan. Saya memasukkan aplikasi ke GSEC karena ada perasaaan bahwa saya akan diterima, that’s all, tanpa pernah membayangkan embel-embel keluar negeri, hidup di Korea, salary dan sebagainya. Hampir sama saat saya memilih jurusan di ITB, saya undi pake kertas, heuheu. Di hari wawancara, saya telpon mama di Padang, minta doa, saya ingat di ketawa sambil bilang “Serius? Mau ke luar negeri?” “Iya, saya mau ke Korea dululah sebelum ke Europe atau USA” saya bilang sambil tertawa. Yang terbaik sajalah untuk kamu, trus nikahnya kapan?” jawabnya. Dan awal Maret 2011 saya berangkat ke Seoul.

Sampai di Seoul, 7 jam perjalanan dari Jakarta, waktu itu akhir winter, udara terasa dingin,menembus tulang. Ternyata temperature -3 degC, pertama kali saya merasakan temperature negative, paling rendah 9 degC di Islamabad sebelumnya.

Mungkin saya gak akan lama2 disini, karena bagaimanapun saya tetep orang minang, otak bisnis selalu muncul dan perjalanan harus terus dilanjutkan :)

Tapi saya akan berusaha, merangkum cerita yang saya lalui selama di Seoul ini. Lebih baik telat daripada tidak sama sekali.

 

Kenapa kuliah terus Pak?

Waktu gw ikutan kuliah CFA (Chartered Financial Analyst), gw berkenalan dg seorang bapak berumur kurang lebih 50 tahunan, Chinese dia. Diawal kelas pertama kali, bapak itu duduk di sebelah gw, kita ngobrol panjang lebar, sejak itu gw deket dg dia. Di awal perkenalan kami, gw tanya dia “wow.. kenapa bapak seumur ini masih ikut training beginian? Saya pikir, bapak pasti expert, bahkan jauh lebih expert dari pengajarnya” Dia ketawa trus bilang, “David, saya taruhan sama anak saya, siapa yang bisa dapat gelar CFA lebih dulu.” “Hanya itu?” gw tanya lagi, dan dia ketawa sambil nanya, “kamu kerja dimana emang?” “Tripatra, saya engineer pak, project engineer, engineer yang penasaran ama finance” jawab gw. “kuliah dimana?” tanyanya, kalo ditanya ini pasti senang menjawabnya, “ITB, Teknik Fisika, control” kata gw. “Bagus, berarti deket kita, saya juga engineer, kita sama2 bermain di control room” katanya. Gw langsung kaget, bapak ini ternyata engineer, pembawaannya tenang, ngobrolnya ok, nyambung, punya nasionalisme tinggi, mantabh bener dah.

Jadilah, gw tertarik dan menelusuri dia jauh lebih dalam, “bapak dulu kuliah dimana?” gw tanya dia. “Saya chemical engineering, dulu pernah jadi proses engineer, saya dulu kuliah di NTU, National Taiwan University, saya asli Suroboyo, mangkanya saya bilang kita sama-sama main di control room” katanya. Kita ngobrol panjang lebar, dia bener2 nasionalis sejati dia, cinta banget ama Indonesia, pulang dari kehidupan nyaman di luar negeri, merintis usahanya dari awal, hingga sukses sekarang ini, ngobrol, membuka cerita2 undercover pemimpin & politikus masa kini, (dia pendukung JK-red) “kok bisa ngomong politik pak? Dan kenal dengan orang-orang itu?” “Thesis saya tentang itu, tentang politik” katanya, “saya ngambil Doktor Hukum di UI, mereka teman-teman saya, banyak yang saya kenal.” Bapak penuh semangat ini ternyata punya banyak gelar, sarjana teknik kimia, master teknik, sarjana ekonomi, master ekonomi, sarjana hukum sampai doktor, dan dia masih mau ikut training CFA tiap hari Sabtu selama 6 bulan. Hebatnya, dia menayakan kabar gw kalo gw gak datang kuliah, dan sebaliknya dia ngabarin gw kalo dia gak datang. Gw tanya “Kenapa kuliah terus pak?” “Saya mempekerjakan banyak orang, dari yang tamat smp sampai doktor, dari engineer sampai legal, saya harus jauh lebih paham dan salah satu caranya untuk paham adalah kuliah, sekolah dan terus belajar” katanya.

Dan gw jadi malu dengan diri sendiri.



Wednesday, September 21, 2011

Kali Ini Aku Tak Cemburu

 
Burung terbang meninggalkan sarangnya mungkin tak kan pernah kembali
 
Tapi ia selalu mengingat siapa yang selalu memberikan suapan terbaik saat ia lemah

Tangan itu mungkin tak kuat lagi sekarang

Ia selalu ingat yang menghangatkannya dengan selimut saat tubuhnya menggigil

Tangan itu mungkin semakin lemah sekarang

Ia selalu ingat yang terbangun saat dia menangis dalam gelap dan dingin malam

Mata itu mungkin semakin rabun sekarang

Ia selalu ingat yang mengajarkannya memahami dunia dengan sempurna

Pikiran itu mungkin sudah sering lupa sekarang

Ia selalu ingat yang selalu menanyakan bagaimana hari yang dijalaninya

Suara itu mungkin sudah semakin pelan sekarang

Burung itu selalu ingat yang selalu merindukannya untuk singgah ke sarangnya dulu, sekedar merenungi lagi cita-cita dan impian

I love you ma, semoga mabrur di Baitullah, puaskanlah semua cintamu untuk Dia

Kali ini, anakmu tak sanggup meminta doa apa-apa darimu, karena yakin disetiap nafasmu ada doa untukku, untuk kami

 

Tuesday, August 23, 2011

Heaven just only fairy tale (2)

Saya mahasiswa baru di ITB, hobi saya yang benar-benar saya gilai adalah membaca, membaca apa saja, apapun. Sampai lah di perpusatakaan pusat ITB, saya membayangkan bukunya banyak pasti, hmm.. yummy. Sampailah disana dan ternyata, bukunya Textbook English semua, bener-bener beyond imagination, gak kebayang, dibandingkan dengan perpustakaan smp atau sma yg secuilpun gak ada apa2nya. Ditengah kebingungan karena gak tau musti meminjam buku apa, jadilah akhirnya saya pinjam buku Text book Fisika judulnya “Feynman Lectures on Physics” dari sana saya mulai tertarik dengan prof. Feynman, cara berfikirnya dia, struktur logika dan bagaimana mempresentasikan dengan simple, sederhana namun dapat dipahami (dia main bongo, dan saya suka main gendang). Professor yang bener2 menarik, dia adalah salah satu orang yang membentuk cara berfikir saya sampai sekarang ini.
Hawking menjelaskan mekanika kuantum dengan sederhana dan mudah dimengerti, Penyampaiannya dibuku ini menggunakan bahasa non-teknis dengan terilhami dari formulasi yang dibuat oleh Richard Feynman theory pendekatan   "Sum Over Hystory".  Dengan metode mekanika kuantum dari Feynman,  peluang atau probabilitas suatu kejadian -elektron bergerak dari tempat Anda ke pintu kamar Anda, misalnya- dihitung dengan menjumlahkan probabilitas dari semua cara yang bisa terjadi. Pergerakannya bisa bergerak dalam garis lurus, mengelilingi ruangan beberapa kali atau bahkan (dengan probabilitas yang sangat kecil) mengunjungi planet Mars terlebih dahulu kemudian kembali lagi pada jalan ke pintu.
Saya punya sahabat di kampus, kita seringkali bercerita tentang bagaimana universe kita ini bekerja, perumpamaan kita ibarat lapangan bola, Tuhan membuat aturan mainnya, dan kita mengeksekusi pertandingannya, lantas apakah Tuhan tau hasil pertandingan yang mungkin akan  terjadi, ya pastilah, karena Dia yang membuat aturannya sendiri karena Dia diawal dan dia pula Diakhir, Dia pemilik waktu, pemilik semua makluk termasuk akhirat, surga dan neraka adalah makhlukNya juga. Tidak ada yang kekal selain Dia.
Dengan latar belakang itu, Hawking dan Mlodinow sampai ke inti persoalan dari buku ini: bagaimana cara teori tentang mekanika kuantum dan relativitas datang bersama-sama untuk membentuk pemahaman kita tentang bagaimana alam semesta kita (dan mungkin orang lain) terbentuk. Menurut mereka, saat ini mungkin teori ini menjadi deskripsi terbaik dari fisika bagaimana menjelaskan alam semesta. Mereka menjelaskan apa yg mereka sebut dengan "M-teori" yang memprediksi bahwa tidak ada alam semesta yang tunggal (satu kita hidup didalamnya) tetapi sejumlah besar alam semesta. Dengan kata lain, tidak hanya bumi, bumi hanyalah salah satu dari beberapa planet dalam sistem tata surya kita dan salah satu Bima Sakti  dari miliaran galaksi, tetapi alam semesta kita sendiri juga hanyalah salah satu diantara miliaran tak terhitung alam semesta. Menarik dan mengejutkan.
Kesimpulan yang mengikuti teori diatas menjadi benar-benar inovatif. Dari semua alam semesta yang mungkin ada, beberapa harus memiliki aturan yang memungkinkan munculnya kehidupan.  Fakta bahwa kita di sini sudah memberitahu bahwa kita berada  dalam sudut multiverse. Dengan cara ini, semua pertanyaan dijawab dengan menunjuk ke sejumlah besar alam semesta yang mungkin ada dan menarik kesimpulan bahwa beberapa dari mereka memiliki sifat yang memungkinkan keberadaan kehidupan, hanya dengan sebuah kebetulan (probability).
Akhirnya buku ini mengembalikan kita mengenai jawaban dari pertanyaan terdalam dari kosmologi modern tanpa persamaan tunggal. Dari buku ini kita akan bisa mendapatkan sudut pandang baru melalui gagasan tanpa banyak detail teknis tapi cukup bisa untuk dimengerti bagaimana cara berfikirnya, Mungkin saja pada akhirnya gagasan seluruh multiverse akan benar-benar berubah menjadi benar!
Lalu dimana Surga dan Neraka? Apakah hidup kita ini hanyalah kebetulan-kebetulan belaka?
Silahkan dibaca bukunya sebelum mengomentari.

Friday, August 19, 2011

Success

At age 4 success is not peeing in your pants. 
At age 12 success is having friends. 
At age 16 success is having a drivers license. 
At age 20 success is having sex. 
At age 35 success is having money. 
At age 50 success is having money. 
At age 60 success is having sex. 
At age 70 success is having a drivers license. 
At age 75 success is having friends. 
At age 80 success is not peeing in your pants. 




Quote from: Unknown

Tuesday, August 16, 2011

Janji Kemerdekaan




 
Kibarannya membanggakan. Merah-Putih berkibar gagah di tiang bambu depan rumah batu. Rumah sepetak kecil, alasnya tanah dan atapnya genting berlumut. Di tepi rel kereta tak jauh dari stasiun Jatibarang. Rumah batu itu polos tanpa polesan material mewah.

Pemiliknya jelas masih miskin. Tapi dia pasang tinggi bendera kebanggaannya. Seakan dia kirim pesan bagi ribuan penumpang kereta yang tiap hari lewat depan rumahnya: Kami juga pemilik sah republik ini, dan kami percaya di bawah bendera ini suatu saat kami juga akan sejahtera !

Yang miskin nyatakan cinta dan bangga pada negerinya. Keseharian hidupnya mungkin sulit, mungkin serba kerontang. Mungkin tak punya tabungan di bank, tapi tabungan cintanya pada Republik ini luar biasa banyak. Negeri ini dicintai dan dibanggakan. Rakyatnya cinta tanpa syarat.

Tiap memasuki bulan Agustus ada rasa bangga. Kemerdekaan diongkosi dengan perjuangan. Di tiap hela napas anak bangsa hari ini, ada tanda pahala para pejuang, para perintis kemerdekaan.

Jangan pernah lupa bahwa saat merdeka mayoritas penduduknya serba sulit. Hanya 5% rakyat yang melek huruf. Siapapun hari ini, jika menengok ke masa lalunya maka masih jelas terlihat jejak ketertinggalan adalah bagian dari sejarah keluarganya. Kemiskinan dan keterbelakangan adalah baju bersama di masa lalu.

Republik ini didirikan bukan sekadar untuk menggulung kolonialisme tapi untuk menggelar keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Republik hadir untuk melindungi, mensejahterakan, dan mencerdaskan rakyatnya serta memungkinkan berperan dalam tataran dunia.
Isi Pembukaan UUD 1945 selama ini diartikan sebagai cita-cita. Cita-cita kemerdekaan adalah kata kunci paling tersohor. Istilah cita-cita kemerdekaan adalah istilah yang sudah jamak dipakai dalam mengilustrasikan tujuan republik ini. Tapi ada ganjalan fundamental disini.

Kemerdekaan perlu beri ekspresi yang lebih fundamental, bukan sekadar bercita-cita. Lewat kemerdekaan, sesungguhnya Republik ini berjanji. Narasi di Pembukaan UUD 1945 bukanlah ekspresi cita-cita semata, tapi itu adalah janji. Pada setiap anak bangsa dijanjikan perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan dan bisa berperan di dunia global. Republik ini dibangun dengan ikatan janji!

Cita-cita itu adalah harapan, dan ia bisa tidak mengikat. Secara bahasa cita-cita itu bermakna keinginan (kehendak) yg selalu ada di dalam pikiran atau dapat juga diartikan sebagai sebuah tujuan yang
hendak dilaksanakan. Bila tercapai cita-citanya maka akan disyukuri. Tapi, jika tidak tercapai maka cita-cita bisa direvisi. Ada komponen ketidakpastian yang abstrak pada kata cita-cita. Indonesia hadir bukan sekadar untuk sesuatu yang didalamnya mengandung komponen yang belum tentu bisa dicapai. Sudah saatnya tidak lagi menyebutnya sebagai cita-cita tapi mulai menyebutnya sebagai Janji Kemerdekaan.

Berbeda dengan cita-cita, sebuah janji adalah kesediaan, kesanggupan untuk berbuat, untuk memenuhi dan untuk mencapai. Janji adalah hutang yang harus dilunasi. Janji memberikan komponen kepastian. Janji itu kongkret. Janji tidak abstrak dan uncertain. Republik ini bukan sekadar bercita-cita tapi berjanji mensejahterakan dan mencerdaskan tiap anak bangsa.

Hari ini janji itu telah dilunasi bagi sebagian rakyat. Sebagian rakyat sudah tersejahterakan, tercerdaskan, terlindungi dan bisa berperan di dunia global. Mereka sudah mandiri. Mereka tak lagi tergantung pada negara mulai dari soal kehidupan ekonomi keseharian, pendidikan, sampai dengan kesehatan. Ya pada mereka, janji kemerdekaan itu sudah dibayar lunas.
Tapi masih jauh lebih banyak yang kepadanya janji itu belum dilunasi. Bangsa ini perlu melihat usaha mencerdaskan dan mensejahterakan bukan sekadar meraih cita-cita tapi sebagai pelunasan janji kemerdekaan. Pelunasan janji itu bukan cuma tanggung-jawab konstitusional negara dan pemerintah tapi juga tanggung jawab moral setiap anak bangsa yang kepadanya janji itu telah dilunasi: telah terlindungi, tersejahterakan, dan tercerdaskan.
Jangan lupa dahulu seluruh rakyat sama-sama miskin, buta huruf, terjajah dan terbelakang. Mayoritas mereka yang hari ini sudah tersejahterakan dan tercerdaskan mendapatkannya lewat keterdidikan. Pendidikan di Republik ini adalah eskalator sosial ekonomi; keterdidikan mengangkat derajat secara kolosal jutaan rakyat untuk mendapatkan yang dijanjikan: tercerdaskan dan tersejahterakan.
Saat Republik ini didirikan semua turun tangan menegakkan Merah-Putih, menggulung kolonialisme. Ada yang sumbang tenaga, harta dan banyak sumbangannya nyawa. Mereka menegakkan bendera tanpa minta syarat agar anak-cucunya nanti lebih sejahtera dari yang lain. Semua paham adanya janji bersama untuk menggelar kesejahteraan bagi semua. Itu bukan sekadar cita-cita. Kini bendera itu sudah tegak, makin tinggi dan dibawah kibarannya, janji kemerdekaan harus dilunasi untuk semua.
Bayangkan di kampung kecil pinggiran kota, di rumah kayu ala kadarnya. Kabel listriknya berseliweran dipakai gantungan dan aliran listrik lampu kecil. Dibawah sinar lampu seadanya beberapa orang bersila diatas tikar membincangkan rencana perayaaan kemerdekaan di kampungnya. Mereka belum sejahtera dan mereka akan rayakan kemerdekaan !

Tidak pantas rasanya terus menerus merayakan kemerdekaan sambil berbisik memohon maaf bagi mereka yang belum terlindungi, belum tercerdaskan dan belum tersejahterakan. Bangun kesadaran baru bahwa usaha ini sebagai pemenuhan janji. Sebagai janji ia mengikat, bisa mengajak semua ikut melunasinya dan agar semua lebih yakin bahwa janji itu untuk dilunasi.
Perayaan kemerdekaan bukan sekadar pengingat gelora perjuangan. Merayaan kemerdekaan adalah meneguhkan janji.  Biarkan pemilik rumah batu itu menerawang kibaran Merah-Putih di rumahnya sambil senyum membayangkan bahwa dia dan anak-cucunya akan tersejahterakan dan tercerdaskan. Semua bangga jika perayaan Kemerdekaan adalah perayaan lunasnya janji kemerdekaan bagi tiap anak bangsa.


Anies Baswedan
Rektor Universitas Paramadina
@aniesbaswedan

Bulan Penuh


Tubuhku berkeringat, bulirnya jatuh ke pijakan

Beberapa helaian rambut lepas dari tampuknya, bisu

Ujung mataku sayu, bayanganmu menjadi berjuta

Putaran nafas tertahan, ada yang ingin ku buang

Malam ini bulan penuh, tak bisa kunikmati

Mungkin karena kau tak disini

Friday, August 12, 2011

Cerita pertemuan terakhir antara Bung Karno & Bung Hatta, diakhir hidup Bung Karno

Hatta ..., kau ada di sini....?
Hatta tidak dapat menyebunyikan kesedihan, tapi ia mencoba yang terbaik untuk teman lamanya, tidak merasakan kesedihan apa yang ia lihat, kemudian dengan sedikit senyum Bung Hatta memaksakan diri untuk menjawab Bung Karno.
Ya, bagaimana kabar No?
Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba dengan bahasa Belanda, sesuatu yang selalu mereka lakukan ketika masih menjadi Dwi Tunggal,
Hoe gaat het bertemu Jou? Bagaimana Anda?
Soekarno akhirnya terisak-isak seperti seorang anak, setiap pembelaan Hatta juga menangis terisak-isak, ia mengambil bagian juga, tangisnya runtuh. Dalam situasi seperti dua teman menangis, Hatta menyadari siksaan yang diderita oleh Bung Karno, ia mungkin tidak. “Disiksa secara fisik tetapi siksaan mental yang dialami oleh teman lamanya begitu memilukan Bung Hatta".
Tidak ada...
Hanya itu yang dapat dikeluarkan dari bibir Bung Hatta, bibirnya tidak bisa lagi mengatakan, kesedihan serta rasa kecewa membuat bahunya untuk bergoncang.
Bung Hatta terus memijat tangan Bung Karno dengan baik, kemudian hilang dalam keheningan, seolah-olah mereka ingat kembali ke era di mana mereka menghabiskan hidup mereka untuk membebaskan bangsa ini menuju kemerdekaan.
Soekarno seolah-olah dia berdiri diam tanpa kata, hanya memegang rasa sakit yang mendalam, jiwa mengembara, ia hanya menunggu saat ketika dia mencapai surga, ia hanya diam-diam mengundurkan diri untuk menunggu panggilan Sang Pemilik.
Sumber: Wikileaks dengan terjemahan dari penulis (gw-red).

Melihat Indonesia dari Seoul (1)

Beberapa hari yg lalu gw belanja ke E-Mart Jukjeon, kalau di Jakarta kyk Carrefour atau Giant lah, harganya mungkin 10% lebih murah daripada di Departement Strore atau dibandingkan dengan toko2 kelontong di Seoul, untuk barang-barang tertentu bahkan murah bgt. Biasanya sekali 2 minggu gw belanja kyk kebutuhan harian, makanan atau ya belanja aja. Di Jakarta pun gw biasanya tiap 2 minggu emang belanja ke Carrefour yang di Mall Depok atau tiap weekend belanja di Pasar Traditional di Depok yg bersih banget itu, sekalian beli jajanan lupis atau lontong Padang. Karena emang gw tiap minggu belanja, sensitifitas terhadap harga itu terasah dengan sendirinya, merasakan yang namanya inflasi secara nyata. Yang terasa banget adalah waktu harga cabai keriting Rp 50rb per kg, pas gunung Merapi lagi dahsyat2nya itu. Tiap harga naik selalu bertanya-tanya dan complain walaupun naiknya cuma 500 perak. Gw pikir lama2 gw kyk emak2 juga. Hahaha..
Pertama-tama nyampe di Seoul pastilah membanding2kan antara harga di Indonesia dg di sini. Semua di rupiahin dulu, apa2 di compare ke rupiah. Jadinya malah lucu dan rasanya mahal bgt semuanya. Ya iya lah, secara pendapatan per kapita disini lebih tinggi pasti harga barang juga lebih mahal. Setiap belanja awalnya semua kepikiran “rupiahnya berapa ya?” misalnya beli air minum kemasan alias Aqua yang 1.5 liter, kalau di Indonesia harganya kira2 Rp 2.500 di Seoul yg harganya 800 Won yang di rupiahkan kira-kira Rp 6.400 mereknya Jeju, kalau gak mikir haus pasti gak jadi beli deh.  Kalau roti disini yang kualitasnya setara dengan bread talk itu harganya 800-1200 won ya kira2 Rp 6.000 hampir sama lah ya? Yang jelas Sari Roti lebih murah. Susu segar yang 300ml itu kira2 600 won = Rp 4800 sedangkan kalau di Jakarta susu fresh itu 1 liter kira-kira Rp 8000-an.
Ternyata di Jakarta secara umum biaya hidup untuk harian terasa jauh lebih murah, walaupun dengan kualitas yg gak sebagus di Seoul. Memang income per kapita di Indonesia 1/3nya Republik Korea, salary gw di sini sih kecil untuk ukuran Engineer disini tapi masih diatas average salarynya Seoul, kalau di konversi ke Rupiah, saving gw setelah belanja2 dan hedon, lebih dari gaji terakhir gw waktu di Tripatra dulu.
Nih dibawah ada photo GS Tower, kantor gw di Gangnam-gu Seoul

Saturday, July 30, 2011

Cinta

Cinta, aku selalu berharap yang terbaik untukmu. Ahh, kesepian ini datang lagi, seharusnya sepi itu mudah dan simple, tapi tidak, tidak, sepi sesungguhnya kerumitan. Kesepian mengurung dalam jeruji-jeruji ketidakpastian dan ketidakjelasan. Teringat lagi sebuah syair lagu “rasanya ingin malam ini mencium dan memelukmu hingga letih”. Hidup memang paradox, perselisihan saat bersama, tapi rindu saat sendiri. Seperti dosa, tidak selalu membuat kita menjadi jahat, dan mungkin saja pahala yang membuat kita menjadi jahat. Lalu apa artinya dosa dan pahala kalau tidak ada kebaikan? 

Cinta, dalam kesepianku ini, aku terkenang dirimu, terkenang semua dosa-dosa melewati batas. Semoga semua yang telah kita lewati memberi pelajaran kedewasaan, membuat aku mengerti siapa aku, aku juga mengerti siapa dirimu. Keterbatasan kita dalam ruang dan waktu, yang kita bisa lakukan hanya selalu berbuat untuk menjadi lebih baik dan semakin baik. Tidak, kita tidak bisa selalu melihat kebelakang, walaupun terkadang hal-hal dibelakang membebani langkah kita. Lantas, bukankah beban selalu membuat langkah kita menjadi lebih kuat?

Cinta, hidup selalu berubah dengan semua langkah kita. Langkah yang berawal dari tarikan nafas saat kita membuka mata di subuh pagi yang menawarkan aroma wangi. Kita memang pernah hancur, tapi kita pasti selalu bisa berdiri tegak kembali, membusungkan dada untuk menatap masa depan. Walaupun dalam setiap langkah kita jalannya berbeda, tapi kuberharap menuju ke titik yang sama. Sum Over history, dari tak hingga kejadian dan tak hingga kemungkinan, dan kita bertemu di persimpangan. Pertanyaan ku cinta, kapan ada titik yang sama dari history yang berbeda itu?

Cinta, aku ingin pulang, ternyata aku bukan orang yang menikmati keramaian ini. Aku tau mungkin kau tak bisa memberiku sayap untuk terbang kesana. Namun aku yakin kamu sanggup memberi aku sedikit doa, ruang dan waktumu untuk menantiku. Indah saat bersama menepiskan semua rasa, tinggalkan semua duka, memegang semua harapan. Dalam sepi, lebih baik kupejamkan saja mata ini, membuka hati ini untukmu, mengingat ruang rindu yang kau berikan. Cinta maukah?

Monday, July 04, 2011

Heaven just only fairy tale (1)


Baca berita di Internet tentang kontroversi yang dikeluarkan oleh Stephen Hawking mengenai “Heaven just only fairy tale” tiba-tiba banyak orang yang mengomentari dengan mengatakan Hawking idiot, bodoh, masuk neraka, goblok, gak punya Tuhan, negative dan sinisme. September 2010 Hawking merilis buku terbarunya “The Grand Design” ditulis dengan Leonard Mlodinow ahli fisika dari Caltech. 2 bulan lalu saya akhirnya berhasil mendapatkan buku ini di Kyobo bookstore Seoul dan menyelesaikan membacanya. Saya beruntung memiliki background fisika dan fisika modern yang cukup untuk memahami apa yang ditulis oleh Hawking dengan mudah. Berikut sedikit review saya untuk bukunya. Enjoy it.

Dalam buku ini Hawking menawarkan kombinasi beberapa relativitas theory dari Enstein dan quantum theory dari Feynman yang akhirnya dia sebut M-Theory.

Buku ini dibuka dengan pertanyaan mendasar yang selalu kita pertanyakan atas keberadaan kita di jagad raya semesta kehidupan ini adalah:

  • Mengapa ada sesuatu yang tidak ada?
  • Mengapa kita ada dan exist?
  • Mengapa hukumnya ini, mengapa bukan yang lain?

Pikiran saya pun melayang ke masa kecil, saat orang tua menyuruh saya untuk memikirkan tentang Tuhan dan kehidupan. Keluarga saya bukan keluarga yang hebat, malah aneh menurut saya. Saya bertanya-tanya, kenapa saya dilahirkan di keluarga ini, bukan di keluarga yang lain. Itu adalah pikiran pertama saya tentang alasan keberadaan. Akhirnya saya membuka kitab suci, menyelesaikan membaca ayat demi ayat, menyelesaikan membaca terjemahannya dengan rasa penuh ingin tahu. Sampai saya menyelesaikannya tanpa pernah disuruh oleh orang tua. Sekarang pun mereka tidak pernah menyuruh saya beribadah, tapi selalu bilang “ingat Tuhan nak”. Tentu saja Tuhan atau God disini adalah Tuhan yang saya definisikan di pikiran saya sendiri, dan pasti berbeda dengan pikiran orang tua saya tentang Tuhan. Pencarian terhadap keberadaan pun dimulai.

Masuk ke chapter pertama, Hawking dan Mlodinow menceritakan tentang akses dan sejarah elegan perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman purba, Yunani kuno, hingga sampai ke Kosmologi modern. Di chapter ini Hawking menjelaskan milestone ilmu pengetahuan, pencapaian-pencapaian manusia tentang alam raya ini. Dulu Ionian Yunani kuno berfikir apa yang terjadi di dunia ini adalah kehendak para dewa, kita pasrah menerimanya, kemudian semua bisa dijelaskan dengan Natural Law atau hukum alam, bukan hanya sekedar kehendak para dewa. Pada masa itu secara scientific manusia berfikir bumi ini datar, tidak salah memang, karena memang seperti itulah fakta yang kita rasakan, tapi teori bumi datar tidak bisa lagi di generalisir saat kita menemukan fakta-fakta baru tentang bumi. Sampai akhirnya semua mengatakan bumi kita ini ini bulat dan pusat semesta, sampai Copernicus membuat teori kalau Matahari lah sebagai pusat semesta. Dan akhirnya sekarang kita tau ada pusat universe dan kita hanya bagian kecil di luar pusat universe kita ini, dan kita berhasil mengeksplorasinya. Sebenarnya pusat universe itu adalah pengederhanaan perhitungan kita, kita bisa saja membuat hukum kalau bumi sebagai pusat semesta, tapi coba bayangkan kerumitan persamaan matematikanya.

Jaman SMP dulu di Padang semua orang begitu percaya kalau bumi itu bulat, tiba-tiba saya memancing semua orang di kelas, dengan kalimat “saya yakin kalau bumi itu datar”. Semua heboh, kecuali satu orang teman saya dia ketawa dan setuju dengan saya. Saat itu saya baru saja belajar tentang gradient persamaan garis, idenya adalah “setiap gradient dihitung dengan garis lain yang tegak lurus dengan persamaan garis itu sendiri” artinya persamaan garis adalah gabungan dari tak hingga garis lurus. Saya menjelaskan itu dan memakai teori itu untuk bumi itu datar artinya bumi yang bulat adalah gabungan dari tak hingga permukaan datar, artinya bisa saja kalau saya mendefinisikan kalau bumi itu datar yang di gabung-gabungkan. Tidak banyak yang mengerti semua semakin menganggap saya bodoh karena nilai raport saya merah terus, cuman satu orang yang mengerti, dan kami sama-sama kuliah di ITB, saya di FT, dia di Tekim.

Abad ke 20 perkembangan ilmu pengetahuan tentang mekanika quantum semakin berkembang, kita berhubungan dengan perilaku dan sifat-sifat di level atom, sub atom dan relativitas yang menjadi penjelasan terbaik tentang gravitasi. Semuanya mengubah perspective dan sudut pandang kita terhadap materi, terhadap fisika klasik. Walaupun sebenarnya fisika klasik masih selalu bisa dipakai untuk menjelaskan tori mekanika biasa untuk permasalahan sehari-hari. Bapaknya mekanika quantum adalah Richard Feynman, lulusan MIT yang menjadi professor di Caltech.

(to be continued)


Saturday, July 02, 2011

Segenap Cinta Hanya Untukmu

Hal yang kuno dan lucu. Kita sering jatuh cinta pada seseorang karena dia mandiri, kuat, berkuasa dan terkenal. Kemudian, setelah dia menjadi milik kita, kita mencoba mengubahnya. Kita menjadi iri bila dia mandiri; seolah-olah memiliki hubungan dengan kita membatasinya, mengikatnya dan memotong-motong sayapnya.

Sebelum bertemu dengannya, dia mampu mandiri tanpa kita. Pada pertemuan ke dua kita mulai memberinya nasihat, membatasi pilihan-pilihannya, membatasi visi-visi dan mimpi-mimpinya, membelenggu kemerdekaaannya. Kita perlu mundur dan memberinya kemerdekaan untuk menjadi dirinya sendiri.

Banyak orang mengatakan bahwa daya magis dari hubungan mereka telah usang, bahwa sudah tidak ada gemerlap lagi dan mereka semakin terpisah. Ketika melihat sedikit lebih dalam, kita melihat bahwa pasangan tersebut terkunci dalam sebuah hubungan simbiotik dari ketidakpercayaan, penekanan, dan keinginan untuk saling menguasai. Mereka tidak saling memberi kesempatan, apalagi kesempatan untuk diri mereka sendiri.

Jadi apa yang dapat kita lakukan? Pertama-tama mundur dan melihat dia seperti apa pertama kali bertemu padanya, kondisi mentalitas pada saat itu. Apa yang menarik dari dia? Apa yang istimewa dari dia? Apa yang membuat kita jatuh cinta dengan dia?

Sekarang lihat dia. Apa bedanya? Apa yang telah hilang dan apa yang sudah diganti? Apa dia masih semandiri dulu? Atau apakah hubungan sudah mengikis ruang geraknya, kepercayaan diri, kemerdekaan dan vitalitasnya? Mungkin terlalu kasar. Namun secara sadar atau tidak sadar, kita cenderung menguasai dia sehingga dia kehilangan cahayanya.

Ya, coba dorong untuk keluar dari kenyamanan hubungan untuk menemukan kembali energy dan vitalitasnya. Ia mungkin perlu meluangkan waktu untuk menemukan kembali energy, bakat dan keterampilannya dengan bebas. Perlu untuk berhenti mencampuri agar tidak mengendalikannya lagi. Jadi, berilah dorongan, mundur, berhenti mencampuri, dan selalu ada untuknya. Aturan yang sangat luar biasa. Saya percaya, sebagian besar hubungan yang sukses memiliki elemen yang penting yaitu kebebasan. Coba luangkan waktu untuk berpisah agar ketika kembali bersama dapat membawa sesuatu yang positif bagi hubungan yang dijalani. Hal ini sehat. Hal ini baik. Ini baru namanya dewasa.

Takkan ada cinta yang lain dihati, segenap cinta hanya untukmu……..

Thursday, March 10, 2011