Saturday, August 20, 2005

Mau Ngerokok Kok Mahal??

Beberapa hari yang lalu saya membaca dan mengamati dengan seksama sebuah iklan rokok pada billboard yang cukup besar di Simpang Dago. Tulisannya kira-kira seperti ini : “Mau Pintar Kok Mahal ?”. Pada iklan itu juga ada gambar toga sarjana yang dilabeli harga sangat mahal, hingga milyaran rupiah.

Sebenarnya sudah cukup lama saya melihat iklan tersebut namun tidak terlalu saya amati dan fikirkan kandungan maknanya dengan dalam. Waktu beberapa hari yang lalu mengamati iklan tersebut, saya berfikir ada ironi dan paradoks yang begitu jelas dari iklan rokok tersebut. Dalam hati saya benar-benar sedih melihat iklan itu. Jika berfikir tentang masa depan bangsa, generasi muda, gaya hidup dan pola pikir sebagian besar orang Indonesia terhadap pendidikan. Apa benar pendidikan hanya untuk orang kaya? Saya sedikit mencoba berfikir dari sudut pandang yang berbeda. Sampai dimanakah batas mahal itu sebenarnya?? Berapakah mahal itu?? Sejuta, Seratus juta atau Semilyar??

Mahal adalah standar yang cukup tinggi untuk harga sesuatu. Namun nilai sesuatu belum tentu sebanding dengan harganya. Belum tentu sesuatu yang harganya murah nilainya rendah atau sebaliknya. Yang paling wajar adalah kalau nilai sesuatu sebanding dengan harganya. Nah, pengertian antara harga dan nilai tersebut yang dipermainkan oleh kata-kata pada iklan rokok tersebut.

Saya masih ingat dulu waktu SD awal tahun 90an uang sekolah saya 2500 rupiah per bulan dengan jajan setiap hari 100 rupiah. Waktu itu dengan uang jajan 100 rupiah saya bisa membeli lontong gulai di sekolah yang sekarang satu porsi lontong gulai mungkin setara dengan 3000 rupiah. Berarti dari hitung-hitungan sederhana diatas, diperoleh uang sekolah yang dikeluarkan oleh orang tua saya pada saat itu setara dengan 75 ribu rupiah, mungkin cukup besar untuk ukuran sekarang. Namun waktu itu jarang sekali terdengar keluhan tentang biaya sekolah mahal?? Kok bisa?? Saya melayangkan pikiran ke masa lalu, waktu itu orang tua saya belum punya televisi, belum punya telepon apalagi handphone, belum pernah makan makanan siap saji, belum naik pesawat terbang, belum punya mobil, belum punya pakaian bermerek, apalagi pola hidup konsumtif!! Hingga sekarang mungkin mereka tetap dengan kesederhanaan, dan mereka tidak pernah mengeluh tentang biaya pendidikan yang mahal.

Kembali lagi ke iklan rokok tadi yang secara tersirat mengatakan kalau pendidikan itu mahal. Saya pikir iklan tersebut benar-benar racun yang merusak pikiran orang-orang awam. Melihat gaya hidup bangsa kita yang semakin konsumtif, pola pikir yang semakin pragmatis, pantaskah kalau iklan tersebut mengatakan pendidikan mahal??
Coba kita lihat untuk biaya yang paling sering kita keluarkan, biaya telepon seluler misalnya. Untuk membeli handphone generasi terbaru mungkin sekitar 2 jutaan, biaya pulsa setiap bulan pasti lebih dari 100 ribu dan anak-anak SD banyak yang memakai handphone!!. Atau bagaimana kalau kita jadikan pembanding adalah yang membuat iklan rokok itu sendiri yaitu kebutuhan untuk merokok. Setiap hari seorang perokok normal biasanya menghabiskan sebungkus rokok seharga 7 ribu rupiah sebulan 210 ribu, setahun? 2,52 juta!! Dalam satu keluarga biasanya lebih dari 1 orang yang memiliki kebiasaan merokok. Ironinya sebagian besar perokok di Indonesia adalah orang-orang yang berada pada usia produktif, yaitu pada usia 19-40 tahun, usia-usia produktif pendidikan. Bahkan anak-anak SMP sudah banyak yang terlihat merokok dengan santainya.

Akhirnya kita harus kembali berfikir, sebenarnya yang mahal apa sih?? Gaya hidup atau pendidikan? Atau biaya untuk merokok?? Atau kembali mempertanyakan sebandingkah nilai harga yang harus dibeli untuk gaya hidup dengan harga yang harus di beli untuk pendidikan dengan nominal rupiah yang sama??

Harusnya iklan tersebut berbunyi “Mau Keren Kok Mahal?” atau “Mau Ngerokok Kok Mahal?” tanya kenapa??

Wednesday, August 17, 2005

Sabtu 130805

Pengen ngobrol...

Mhhm... Pagi2 jam 4 gw terpaksa bangun untuk berangkat dengan pesawat subuh dari Padang menuju Cengkareng. Ternyata pesawat subuh gak terlalu nyaman menurut gw, di pesawat gw bersin2 mulu mungkin karena ACnya yang dingin bgt. Nyampe jam 08.30, trus gw sarapan di Cengkareng bareng ama Dini, berangkat ke Gambir nyampe jam 1 siangan di sono. Dari Gambir trus ke Senen, di Senen gw sholat, makan trus nongkrong bentar di Atrium. Dini ngajakin gw ke Depok naik KRL, ya udah gw ikut. Maklum gw blom pernah ke UI yang katanya keren bgt, jauh lebih keren dari kampus gw. Naik KRL ternyata bener2 heboh! Bikin gw keringatan, ada yang kecopetan, bener2 pengalaman tak terlupakan deh. Nyampe di UI... No comment deh gw tentang UI, yang jelas gw dah liat rektoratnya dan dah sholat di masjid UI. Trus mium kopi di Kafe Buku Depok, magrib di masjid UI lagi. Habis magrib baru gw balik lagi ke Senen naik bus Patas AC. Nyampe di Senen kira2 jam 9an, habis deh ditanyain ma Bokap... Kecapekan...

Seru.. Kapan ya Gw ke Jakarta & Depok lagi??

Saturday, August 06, 2005

Kau

Kau memaksaku untuk melirikmu
Memaksaku untuk menelanjagi pikiran dan hatiku
Memaksaku menghancurkan pagar pikiran
Memaksaku membuka gembok-gembok jiwa
Menggores rasa terdalam emosi hati
Menggugah detak-detak pembuluh darah
Kuingin melewati malam sepi.. Bersamamu
Karena kau menerangi jiwa buana
Kau terang di hidupku

Setia

Kulihat senyummu
Saat kuungkap semuanya
Tetap terlihat manis
Walau hatimu mungkin tersayat
Sungguh
Tak ingin ku membuatmu sedih
Tapi
Karena
Ku ingin tetap setia
Ternyata
Kita memang berbeda
Kuyakin
kita pasti lebih dewasa
Atas apa yang tlah kita lalui
Slamat tinggal

Akhirnya KP gw selesai..

Senangnya.. Akhirnya KP gw di SP selama 1,5 bulan berakhir sudah.. Pikiran gw udah lumayan tenang nih, tinggal ngambil duit jatah trus cabut ke Bandung. Gw dah kangen ngobrol ma temen2 di kampus (dah banyak yang wisuda), kangen kehidupan lajang dan kangen dinginnya udara Bandung.
Pengalaman KP di Padang kali ini bener2 berwarna. Yang jelas bakal jadi kenangan yang takkan terlupakan seumur hidup gw!! Jalan ke Indarung yang lumayan jauh dari rumah gw, panasnya rotary kiln, debu2 pabrik, panasnya kota Padang tanah kelahiran gw, plus kehidupan pribadi gw yang complicated.
Gw senang banget pulang ke Padang dalam waktu yang lumayan lama (mungkin gw gak akan pulang lebih lama dari ini) karena gw bisa lebih menyadari diri gw sendiri, masa depan, keinginan dan impian2 terbesar dalam hidup gw.
Setiap pembelajaran emang mahal dan gw bisa belajar banyak dari KP gw di Padang selama hampir 2 bulan ini.
Minggu depan gw balik ke Bandung, ada yang jemput di Bandara gak ya??