Sunday, February 26, 2012

di Toko Nyokap, Belajar Kehidupan

Bulan ini kontrak kerja gw habis dengan GS Engineering & Construction Seoul. Gw tidak memperpanjang kontrak baru yang ditawarkan, setelah melalui pertimbangan matang, ada hal-hal yang jauh lebih penting yang musti gw selesaikan dulu di Indonesia. Mungkin next step mencoba peruntungan di tempat lain.

Minggu lalu, instrument proposal team membuat farewell party buat gw, kita dinner bareng, bercerita, ngobrol panjang lebar. Gw menyampaikan kata sambutan, mengucapkan terimakasih atas semua “priceless experience” yang gw dapatkan selama di Korea. “I became a stronger person in here”.  Boss gw Mr. Kang mengucapkan terima kasih “Thank you David for your work, you make my work easier, you are very smart”. Boss gw yang lain, Mr. Kim juga mengucapkan terimakasih “David, I am so sad you are not extend your contract, you are the smartest foreigner that I know”. Team gw SH. Kim mengucapkan kata-katanya “Dave, when you go back to Indonesia, I have no teacher anymore, you are a good teacher, very good one”. Tapi yang paling gw suka adalah kata-kata dari SS. Lee “David, I envy on you, you can make a quick understanding on a problems and solve it easily, I should learn it”.
Terdiam lama gw beberapa hari, berfikir kenapa boss dan team gw membuat komentar seperti itu. Gw bukan orang yang pintar2 amat, jarang mendapat rangking, sering mendapat nilai merah, pemalas pastinya. Quantum leap terjadi, teman gw mengirim email di milis, tulisan Dr. Rhenald Kasali tentang belajar 5cm. Inti dari tulisannya adalah apa yang membuat sebuah bangsa atau culture menjadi lebih unggul. Disana disebutkan, orang Yahudi, biasa mengajarkan musik kepada anak-anak mereka semenjak bayi, orang Cina biasa melatih anaknya dengan menjaga toko, begitu juga dengan orang India.

Yup itu jawabannya, setiap hari gw menjaga toko nyokap minimal 2 jam sejak kelas 2 SD sampai kelas 3 SMA, lebih dari 10 tahun di Padang sebelum merantau ke Bandung. Toko nyokap gw amat sangat tradisional, dulu toko itu adalah yang paling gede di komplek rumah gw. Sekarang udah nggak lagi, karena udah gak diurus lagi oleh beliau, lagian, anak-nya udah gak ada lagi yang membantu. heuheu. Yang jelas jaman gw SD dulu, menjaga toko adalah hal yang amat sangat menyebalkan karena mengurangi jatah main gw. Gw selalu membayangkan orang tua gw bukan pedagang, sehingga gw gak perlu membantu mereka. Penyiksaan yang amat sangat pedih rasanya kalau seharian menjaga toko karena nyokap ada urusan yang gak bisa di tunda.

Saat gak ada nyokap dirumah, terpaksa gw sebagai anak tertua menjaga toko, kadang-kadang sales produk (Indofood, Coca cola, Nestle, dll) datang ke toko menanyakan apa saja yang akan dibeli. Gw harus memutuskan barang-barang yang harus dibeli karena stoknya habis, ibarat buah simalakama, kalo gak gw beli nyokap marah, kalo salah beli nyokap marah pula. Seringkali nyokap marah karena gw membeli barang yang stoknya masih banyak. Pernah adek gw membeli barang kebanyakan sampai berdus-dus, nyokap gw ngamuk berat, walaupun toh akhirnya habis juga barangnya terjual. Haha..

Kadang-kadang gw yang harus berbelanja di Grosir di Pondok, pecinan di kota Padang. Gw ingat kelas 3 SD, gw disuruh belanja di Grosir Tepi Pasang. Waktu itu pertama kalinya gw memegang uang jutaan dengan list barang yang harus dibeli. Sampai di toko Grosir, gak ada yang peduli sama gw, sampai gw harus mengeluarkan semua keberanian untuk ngomong mengutarakan maksud, dan gw berhasil berbelanja di Grosir pertamakalinya. Atau membeli minyak goreng curah di Muaro, dengan segala kekotoran dan negoisasi harga.

10 tahun menjaga toko setiap hari membuat gw mengerti kenaikan harga, gw begitu sensitive kalau ada yang berubah, paham apa yang akan terjadi dengan inflasi dan akibatnya. Dulu gw menjaga toko saat harga rokok gudang garam sebatang Rp. 50, sebungkus Rp. 250 rupiah. Sekarang udah belasan ribu harga rokok. 20 tahun, ratusan kali inflasi. Toko nyokap benar2 tradisional, gak ada elektroniknya bahkan menghitungnya pun pakai tulisan di kertas, hitung dikepala tanpa kalkulator. Gw pernah bertanya “kenapa gak pake kalkulator?” Bokap bilang “kalau otakmu masih encer, gak perlu kalkulator” hehe.. sering kali gw salah menjumlahkan, ketahuan dari catatan, nyokap ngamuk, tapi karena ada catatan pula kita masih bisa mengklaim perbedaan hitungan ke orang yang berbelanja.

Berantam di toko itu biasa. Banyak preman-preman yang se-enaknya minta duit, berhutang, minta rokok. Kalo gak dikerasin mereka ngelunjak. Keberanian dan semua kata2 mutiara harus keluar saat berhadapan dengan mereka. Kita harus bisa mengeluarkan kata-kata pamungkas menghina mereka, membuat mereka tidak sanggup berkata2 bahkan mengeluarkan pukulan mereka.

Toko nyokap selalu rame tiap malam, dengan bapak2 sekitar komplek, ajang mengobrol dari politik sampai olahraga. Bapak-bapak tersebut dari dokter sampai guru, dari pensiunan perwira TNI sampai pengusaha. Gw suka sekali mengamati mereka mengobrol, ikut nimbrung dengan topik mereka. Mereka sering membawa majalah-majalah & koran-koran politik ke toko, tentu saja gw meminjamnya. Mangkanya waktu kecil gw lebih sering baca hal-hal yang berat-berat, gw jarang baca komik. Terlalu ringan buat gw.

Di toko nyokap ada 2 buku yang gw baca tuntas sebelum kelas 5 SD, itu karena gw musti menjaga toko dan jadilah gw membacanya. Terjemahan Alquran Depag warna hijau dan Terjemahan Alquran Mahmud Yunus warna merah. Terjemahan quran itu biasa dibaca ama bokap gw kalo dia ada kesempatan jaga toko. Gw membandingkan terjemahan keduanya dari awal, dan membuat gw berfikir bebeas terhadap pengertiannya dan terpesona dengan Al Quran sang al furqan sampai sekarang. Di dalam lubuk hati terdalam gw pengen lancar berbahasa arab supaya gw bisa memahami bahasa quran.

10 tahun lebih dari kelas 2 SD sampai kelas 3 SMA, gw belajar banyak hal mulai dari cara berkomunikasi, berfikir cepat, bernegoisasi, berhitung angka, mengingat harga, kejujuran, kerja keras dan keberanian mengambil keputusan.  Dulu gw benar-benar terpaksa menjaga toko tiap hari. Sekarang gw benar-benar berterimakasih diberikan kesempatan belajar banyak hal, berpanas-panasan, berkeringat, bermain-main tentang kehidupan di Toko nyokap yang selalu ada cinta.  

Teringat lagi kata-kata SS. Lee “David, I envy on you, you can make a quick understanding on a problems and solve it easily, I should learn it”. Besoknya gw ngobrol ama SS. Lee dan bilang “I just say thanks to my mom who always pushed me to work on her store since I was at 2nd grade elementary school” “She didn’t care about my school home works, she just care about her store”

Thanks Mam, ibunda yang tidak pernah menanyakan PR gw, tapi selalu memaksa gw untuk menjadi orang yang belajar kehidupan, bertanggung jawab dengan menjaga toko setiap hari, seperti cina dan yahudi.



Thursday, February 02, 2012

My Jung Personality

Introverted (I) 54.55% Extroverted (E) 45.45%
Intuitive (N) 62.86% Sensing (S) 37.14%
Thinking (T) 69.44% Feeling (F) 30.56%
Perceiving (P) 53.57% Judging (J) 46.43%


INTP -  "Architect". Greatest precision in thought and language. Can readily discern contradictions and inconsistencies. The world exists primarily to be understood. 3.3% of total population.
Take Free Jung Personality Test
Personality Test by SimilarMinds.com