Tuesday, April 03, 2012

Kontemplasi sederhana dengan Baron di pantai Padang

Pulang ke Padang mumpung masih cuti eh jobless, kampung halaman tercinta. Melihat project rumah baru nyokap, sambil ngomen2, heuheu, gambar desain rumahnya gw yg bikin, pas dilapangan semua berubah, ujung2nya nyokap ngambek. Berkeliling kota Padang dengan adek gw Surya Hadi alias Abenk, naik motor, seru juga, beda rasanya, sambil photo2 mengambil objek photography menarik yang selama ini luput dari pandangan. Jalan bareng sepupu, Roni alias Baron, kita duduk di Safari, sebuah Café di pinggiran pantai Padang, lumayan jg, gw suka.

Ngobrol bareng Baron, sambil menikmati es cendol pelangi rasanya menyenangkan. Baron adalah musisi, permainan gitarnya jagoan, dia punya sensitifitas tinggi dalam bermusik, musikalitasnya luar biasa, saat ini dia sedang memperdalam harmoni musik. Kami bercerita tentang musik yang begitu logis, musik itu ilmu pasti sama seperti matematika, orang yang jagoan matematika, besar kemungkinan dia jago bermain musik. Dan Baron jenius dalam bermusik gw akui itu.

Dalam keluarga kami, hal yang pasti kita bahas dalam setiap topik diskusi dan ngobrol adalah agama. Heuheu. Dengan semua adek2 gw, sepupu2, dengan bokap, ujung-ujungnya kita pasti ngomong agama, entah kenapa. Kami memang menikmati membahas tentang agama, free thinking. Ibuk gw bilang, Baron selalu mengaji dan berdzikir panjang setiap sehabis sholat, ya begitulah. Dia bertanya tentang pandangan gw tentang beragama, gw bilang, gw sering menyebut diri gw “Questioning Believer”, orang yang percaya Tuhan tapi selalu mempertanyakan, selalu bertanya.

Bagaimana menafsirkan Quran? Menafsirkan ilmu Allah? Baron membaca banyak buku tentang penafsiran Quran, dia bilang dari buku itu kita harus punya 15 ilmu untuk bisa menafsirkan Quran. Woww… Gw bertanya kenapa? Ya itulah kata ulama-ulama di buku itu kata Baron. Yakinkah seperti itu?

Gw merangkum diskusi gw dan Baron;

Musisi butuh kontemplasi, scientist, engineer juga, businessman, semua butuh walaupun dengan porsi yang berbeda.

Ayat pertama yang turun Iqra’, bacalah, berkontemplasilah, berfikirlah, imajinasikanlah, pahamilah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.

Nabi Ibrahim Haniifan berkontemplasi di alam terbuka, membaca ayat-ayat Allah, beliau memahami banyak ilmu tentang kehidupan dan ilmu tentang ketuhanan. Hal yang sama juga dilakukan oleh semua nabi dan rasul Allah sebelum dan sesudah beliau, begitu juga wali-wali Allah dari zaman dulu sampai dengan sekarang ini. Bahkan penemuan berbagai ilmu pengetahuan dari masa kemasa pun bermunculan ketika ada orang-orang yang dengan fokus bersedia melakukan kontemplasi pemikiran baik dialam terbuka yang maha luas ini (makro kosmos, universe) maupun dialam yang maha kecil (mikro kosmos, atom, molekular). Itulah yang dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan ahli sains, Einstein, juga musisi klasik yang sanggup membuat harmoni hebat, Beethoven.

Mari kita lihat sejenak jejak nabi Ibrahim di dalam Quran dalam mengenal Allah. Dalam kontemplasi beliau yang dalam di alam terbuka universe ini, beliau sempat mempertuhankan bumi, lalu bintang-bintang, lalu bulan, lalu matahari, sebelum akhirnya beliau berhasil mendapatkan pemahaman yang tepat dan benar tentang tuhan yang sesungguhnya, Allah. Artinya, Qur’an sendiri telah memberikan sebuah contoh amat sangat sederhana tentang betapa seorang Ibrahim pun pada mulanya adalah seorang yang tidak mengenal Allah dengan tepat dan benar. Akan tetapi saat beliau dengan konsentrasi duduk berfikir dialam terbuka membaca ilmu tanpa buku, terus menerus, maka hasilnya menjadi sangat lain. Hasilnya adalah sebuah agama fitrah yang tetap abadi sampai sekarang.

Begitupun nabi Muhammad. Diawal-awal beliau menerima risalah kenabian, beliau berkontemplasi di Gua Hira. Siang malam beliau memandang langit tanpa atap, memandang bintang-bintang yang berdenyut, memandang senyuman bulan yang misterius , memandang gumpalan awan yang berarak kesana-kemari, memandang hamparan cakrawala luas tak bertepi. Amazing, dahsyat, sampai suatu saat, saat dipuncak pemikiran dan kontemplasinya, beliau didatangi oleh Jibril yang diperintahkan oleh Allah untuk mengajari beliau cara belajar membaca ilmu “Iqra” tanpa buku.

Lalu bagaimana dalam science? Penemu listrik, Edison tidak pakai buku ketika dia berhasil menemukan fenomena kelistrikan. Maxwell berkontemplasi saat memikirkan ide tentang elektromagnetik. Nikola Tesla fokus saat menemukan microwave, akhirnya menjadi televisi dan telepon seluler. Semua karya mereka menjadi landmark pengetahuan sampai sekarang, monumental!

Sedangkan mayoritas umat islam di berbagai penjuru dunia, di indonesia, tidak begitu. Kita lebih banyak sekedar mengaji, membaca, dan menghafal, tidak lagi suka melakukan kontemplasi di alam terbuka membaca kitab kehidupan yang tergelar luas dihadapan kita. Kita lebih senang membaca dan mendengarkan ilmu dari buku dan buku. Selalu saja buku dan buku. Dan hasilnya, kita telah menjadi orang-orang yang berilmu tapi juga sekaligus berpikiran sempit. Sesempit ilmu yang hanya sebatas isi lembaran-lembaran buku, yang tentu saja membuat kita terseok-seok berhadapan dengan begitu kompleksnya kekinian kehidupan yang terus berkembang. Kita kalah.

Contohnya tidak usah yang rumit-rumit. Kata  buya Hamka dalam bukunya Falsafah hidup. Disekolah-sekolah, dari yang tingkat dasar sampai tingkat tinggi, memang semua ilmu dibahas, dihafal, diujikan dengan sangat detail. Tapi semua itu adalah ilmu yang sudah ada dan malah sudah basi dan tidak terpakai lagi. Akibatnya kita tidak pernah mendapatkan hal-hal yang baru dalam ilmu itu. Tahu-tahu kita terkejut dengan fenomena baru. Akhirnya kitapun tumbuh menjadi bangsa yang suka kagetan dan suka mengekor saja kepada hasil berbagai temuan orang lain dari berbagai penjuru dunia.

Apalagi dalam cara kita beragama. Gara-gara adanya ribuan buku agama yang mengupas ayat Qur’an dan Hadist (Sorry, hadist banyak yang bertolak belakang dan palsu) dengan sangat dalam oleh berbagai ilmuwan agama islam, maka buku-buku itu malah membatasi perjalanan rohani kita hanya sebatas kalimat-kalimat didalam buku-buku itu. Buku buku keagamaan, kata-kata uztad malah membatasi kontemplasi kita terhadap Quran, jagad raya, universe ini. Padahal fungsi buku-buku itu sebenarnya hanyalah sebatas ilmu saja, sebagai referensi. Bahkan banyak yang kaget kalo islam itu banyak mahzab nya, cara sholat pun berbeda-beda, ada yang tidak pakai shalawat nabi, ada yang 3 kali sehari, ada yang 5 kali, ada yang sunni, ada yang syiah. Banyak yang beragama hanya mengikuti bapak-bapak dan orang tua mereka, mengikuti budaya, tanpa kontemplasi pemikiran.
Benar kata Quran 31:21:


Sahih International

And when it is said to them, "Follow what Allah has revealed," they say, "Rather, we will follow that upon which we found our fathers." Even if Satan was inviting them to the punishment of the Blaze?

Indonesian

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?

Quran 43:21-24

Sahih International

Rather, they say, "Indeed, we found our fathers upon a religion, and we are in their footsteps [rightly] guided."

Indonesian

Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".

Sahih International

And similarly, We did not send before you any warner into a city except that its affluent said, "Indeed, we found our fathers upon a religion, and we are, in their footsteps, following."

Indonesian

Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka".

Sahih International

[Each warner] said, "Even if I brought you better guidance than that [religion] upon which you found your fathers?" They said, "Indeed we, in that with which you were sent, are disbelievers."

Indonesian

(Rasul itu) berkata: "Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapakmu menganutnya?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya".

Sahih International

Or have We given them a book before the Qur'an to which they are adhering?

Indonesian

Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelum Al Quran, lalu mereka berpegang dengan kitab itu?

Kembalilah ke Quran, jangan terjebak dengan hadist (banyak yg palsu), berkontemplasilah karena kita semua berakal, rasakan nikmatnya.

*Gw yang terkagum-kagum dengan konsep waktu dan universe dalam Quran.

Sunday, February 26, 2012

di Toko Nyokap, Belajar Kehidupan

Bulan ini kontrak kerja gw habis dengan GS Engineering & Construction Seoul. Gw tidak memperpanjang kontrak baru yang ditawarkan, setelah melalui pertimbangan matang, ada hal-hal yang jauh lebih penting yang musti gw selesaikan dulu di Indonesia. Mungkin next step mencoba peruntungan di tempat lain.

Minggu lalu, instrument proposal team membuat farewell party buat gw, kita dinner bareng, bercerita, ngobrol panjang lebar. Gw menyampaikan kata sambutan, mengucapkan terimakasih atas semua “priceless experience” yang gw dapatkan selama di Korea. “I became a stronger person in here”.  Boss gw Mr. Kang mengucapkan terima kasih “Thank you David for your work, you make my work easier, you are very smart”. Boss gw yang lain, Mr. Kim juga mengucapkan terimakasih “David, I am so sad you are not extend your contract, you are the smartest foreigner that I know”. Team gw SH. Kim mengucapkan kata-katanya “Dave, when you go back to Indonesia, I have no teacher anymore, you are a good teacher, very good one”. Tapi yang paling gw suka adalah kata-kata dari SS. Lee “David, I envy on you, you can make a quick understanding on a problems and solve it easily, I should learn it”.
Terdiam lama gw beberapa hari, berfikir kenapa boss dan team gw membuat komentar seperti itu. Gw bukan orang yang pintar2 amat, jarang mendapat rangking, sering mendapat nilai merah, pemalas pastinya. Quantum leap terjadi, teman gw mengirim email di milis, tulisan Dr. Rhenald Kasali tentang belajar 5cm. Inti dari tulisannya adalah apa yang membuat sebuah bangsa atau culture menjadi lebih unggul. Disana disebutkan, orang Yahudi, biasa mengajarkan musik kepada anak-anak mereka semenjak bayi, orang Cina biasa melatih anaknya dengan menjaga toko, begitu juga dengan orang India.

Yup itu jawabannya, setiap hari gw menjaga toko nyokap minimal 2 jam sejak kelas 2 SD sampai kelas 3 SMA, lebih dari 10 tahun di Padang sebelum merantau ke Bandung. Toko nyokap gw amat sangat tradisional, dulu toko itu adalah yang paling gede di komplek rumah gw. Sekarang udah nggak lagi, karena udah gak diurus lagi oleh beliau, lagian, anak-nya udah gak ada lagi yang membantu. heuheu. Yang jelas jaman gw SD dulu, menjaga toko adalah hal yang amat sangat menyebalkan karena mengurangi jatah main gw. Gw selalu membayangkan orang tua gw bukan pedagang, sehingga gw gak perlu membantu mereka. Penyiksaan yang amat sangat pedih rasanya kalau seharian menjaga toko karena nyokap ada urusan yang gak bisa di tunda.

Saat gak ada nyokap dirumah, terpaksa gw sebagai anak tertua menjaga toko, kadang-kadang sales produk (Indofood, Coca cola, Nestle, dll) datang ke toko menanyakan apa saja yang akan dibeli. Gw harus memutuskan barang-barang yang harus dibeli karena stoknya habis, ibarat buah simalakama, kalo gak gw beli nyokap marah, kalo salah beli nyokap marah pula. Seringkali nyokap marah karena gw membeli barang yang stoknya masih banyak. Pernah adek gw membeli barang kebanyakan sampai berdus-dus, nyokap gw ngamuk berat, walaupun toh akhirnya habis juga barangnya terjual. Haha..

Kadang-kadang gw yang harus berbelanja di Grosir di Pondok, pecinan di kota Padang. Gw ingat kelas 3 SD, gw disuruh belanja di Grosir Tepi Pasang. Waktu itu pertama kalinya gw memegang uang jutaan dengan list barang yang harus dibeli. Sampai di toko Grosir, gak ada yang peduli sama gw, sampai gw harus mengeluarkan semua keberanian untuk ngomong mengutarakan maksud, dan gw berhasil berbelanja di Grosir pertamakalinya. Atau membeli minyak goreng curah di Muaro, dengan segala kekotoran dan negoisasi harga.

10 tahun menjaga toko setiap hari membuat gw mengerti kenaikan harga, gw begitu sensitive kalau ada yang berubah, paham apa yang akan terjadi dengan inflasi dan akibatnya. Dulu gw menjaga toko saat harga rokok gudang garam sebatang Rp. 50, sebungkus Rp. 250 rupiah. Sekarang udah belasan ribu harga rokok. 20 tahun, ratusan kali inflasi. Toko nyokap benar2 tradisional, gak ada elektroniknya bahkan menghitungnya pun pakai tulisan di kertas, hitung dikepala tanpa kalkulator. Gw pernah bertanya “kenapa gak pake kalkulator?” Bokap bilang “kalau otakmu masih encer, gak perlu kalkulator” hehe.. sering kali gw salah menjumlahkan, ketahuan dari catatan, nyokap ngamuk, tapi karena ada catatan pula kita masih bisa mengklaim perbedaan hitungan ke orang yang berbelanja.

Berantam di toko itu biasa. Banyak preman-preman yang se-enaknya minta duit, berhutang, minta rokok. Kalo gak dikerasin mereka ngelunjak. Keberanian dan semua kata2 mutiara harus keluar saat berhadapan dengan mereka. Kita harus bisa mengeluarkan kata-kata pamungkas menghina mereka, membuat mereka tidak sanggup berkata2 bahkan mengeluarkan pukulan mereka.

Toko nyokap selalu rame tiap malam, dengan bapak2 sekitar komplek, ajang mengobrol dari politik sampai olahraga. Bapak-bapak tersebut dari dokter sampai guru, dari pensiunan perwira TNI sampai pengusaha. Gw suka sekali mengamati mereka mengobrol, ikut nimbrung dengan topik mereka. Mereka sering membawa majalah-majalah & koran-koran politik ke toko, tentu saja gw meminjamnya. Mangkanya waktu kecil gw lebih sering baca hal-hal yang berat-berat, gw jarang baca komik. Terlalu ringan buat gw.

Di toko nyokap ada 2 buku yang gw baca tuntas sebelum kelas 5 SD, itu karena gw musti menjaga toko dan jadilah gw membacanya. Terjemahan Alquran Depag warna hijau dan Terjemahan Alquran Mahmud Yunus warna merah. Terjemahan quran itu biasa dibaca ama bokap gw kalo dia ada kesempatan jaga toko. Gw membandingkan terjemahan keduanya dari awal, dan membuat gw berfikir bebeas terhadap pengertiannya dan terpesona dengan Al Quran sang al furqan sampai sekarang. Di dalam lubuk hati terdalam gw pengen lancar berbahasa arab supaya gw bisa memahami bahasa quran.

10 tahun lebih dari kelas 2 SD sampai kelas 3 SMA, gw belajar banyak hal mulai dari cara berkomunikasi, berfikir cepat, bernegoisasi, berhitung angka, mengingat harga, kejujuran, kerja keras dan keberanian mengambil keputusan.  Dulu gw benar-benar terpaksa menjaga toko tiap hari. Sekarang gw benar-benar berterimakasih diberikan kesempatan belajar banyak hal, berpanas-panasan, berkeringat, bermain-main tentang kehidupan di Toko nyokap yang selalu ada cinta.  

Teringat lagi kata-kata SS. Lee “David, I envy on you, you can make a quick understanding on a problems and solve it easily, I should learn it”. Besoknya gw ngobrol ama SS. Lee dan bilang “I just say thanks to my mom who always pushed me to work on her store since I was at 2nd grade elementary school” “She didn’t care about my school home works, she just care about her store”

Thanks Mam, ibunda yang tidak pernah menanyakan PR gw, tapi selalu memaksa gw untuk menjadi orang yang belajar kehidupan, bertanggung jawab dengan menjaga toko setiap hari, seperti cina dan yahudi.



Thursday, February 02, 2012

My Jung Personality

Introverted (I) 54.55% Extroverted (E) 45.45%
Intuitive (N) 62.86% Sensing (S) 37.14%
Thinking (T) 69.44% Feeling (F) 30.56%
Perceiving (P) 53.57% Judging (J) 46.43%


INTP -  "Architect". Greatest precision in thought and language. Can readily discern contradictions and inconsistencies. The world exists primarily to be understood. 3.3% of total population.
Take Free Jung Personality Test
Personality Test by SimilarMinds.com



Tuesday, January 10, 2012

Permen Yang Begitu Berkesan

Pernahkah anda mendapat permen yang begitu berkesan? Saya pernah.

Waktu masih bekerja di Tripatra saya beberapa kali ikut training leadership dan kepemimpinan. Waktu itu Tripatra sedang dalam tahap yang begitu bernafsu untuk growth setelah penyelesaian project UPD 2. Impian untuk menjadikan Tripatra perusahaan yang go international pun dibuat. Training-training diadakan untuk meningkatkan kemampuan karyawan untuk menghadapi tantangan. Training yang paling heboh waktu itu adalah traning PMT (Project Management Training) yang bekerjasama dengan Experd, salah satu perusahaan sumberdaya manusia punyanya ibu Eileen Rachman yg kompeten, beliau sering menulis di kompas sabtu. Training itu dibuat untuk engineer-engineer yang potensial menjadi pemimpin Tripatra. Tentu saja untuk bisa mengikuti training itu harus dengan seleksi yang ketat.

Saya dengan penuh kesadaran amat sangat menyadari kalau saya adalah orang yang selalu bermasalah dengan psikotest semenjak jaman SMA, kuliah sampai kerja. Bukan karena apa-apa, saya tidak percaya dengan psikotest. Bagaimana mungkin orang yang gak percaya dengan psikotest bisa bagus hasil psikotestnya? Ketidak percayaan saya terhadap psikotest bukan karena hasilnya yang kacau, justru karena saya dibilang amat sangat jenius. Aneh menurut saya dibilang jenius, sejak itu saya gak percaya lagi. Heuheu. Lain kali saya ceritakan tentang psikotest.

Saya pernah berdiskusi dengan boss saya mengenai program PMT itu, di container dia di UPD 2 project.
saya bilang apa adanya “menurut saya programnya kurang menarik dan gak ada gunanya pak”,
seperti biasa boss saya langsung panas “kenapa anda ngomong seperti itu pak?, ini real opportunity buat anda pak
saya kuliah belajar system pak, dosen saya selalu bilang harus melihat sebuah opportunity dan masalah dengan menyeluruh” saya nyablak,
Boss saya orang yang pantang kalah pastinya, masak kalah dari saya “ini kita mulai pak, supaya lebih baik, supaya career pathnya anda jelas
Saya mengerti pak, tapi membaca buku bagus tentang sepeda, tidak membuat orang itu bisa bersepeda” Saya bilang analogi saya bagaimana melihat sebuah training.
Lantas saya bilang “ Saya prefer involve di project jadi project engineer daripada training

Akhirnya setelah berbagai seleksi dan psikotest, seperti yang sudah saya duga, saya tidak ikut dan tidak terpilih untuk training PMT itu. Sambil tersenyum-senyum masam saya berfikir, kenapa nama saya tidak ada? mungkin karena tidak berpotensi, mungkin karena boss saya melihat dari sudut pandang lain. Lagian saya juga tidak terlalu beminat. Saya tidak mengikuti PMT dan dipindahkan ke Project Management sebagai project engineer.

Training PMT bergulir saya tidak ikut, saya mulai sebagai project engineer, luar biasa sibuknya, pernah saya masuk kantor 6 minggu tanpa off termasuk sabtu minggu dan hari libur. Gila-gilaan kerjanya. Lucunya banyak orang yang berfikir saya kerja gila karena saya ikut training PMT jadi penuh motivasi, termasuk bos-bos lainnya padahal gak, heuheu. Saya harus belajar banyak hal, selain mengenai manajemen proyek saya harus belajar Legal, Finance, IT, Construction, semuanya. Belum lagi waktu itu saya tiap sabtu ikut training CFA di Financial Club. Untung waktu itu saya gak sakit. Terkadang saya berfikir, kenapa saya mau kerja gila, padahal saya lembur pun gak dibayar. Sebenernya saya bisa aja kerja santai-santai. Kenapa? Sampai akhirnya saya capek sendiri.

Sampai suatu hari saya disuruh ikut training PMT, saya bisa ikut, karena ada beberapa orang peserta PMT yang seharusnya ada yang tidak bisa ikut, jadilah saya mengisi slot orang yang gak bisa ikut tersebut walaupun saya kurang suka.

Sebagai peserta baru, yang belum pernah ikut training seperti yang lainnya, sebagian besar yang saya lakukan saat training hanya menyimak, memahami karakter orang-orang, saya juga gak terlalu berminat buat aktif. Saya ikuti trainingnya, entah kenapa pengisinya (waktu itu bu Eileen Rachman) terus menerus menunjuk saya buat ngomong, mungkin karena dia belum pernah melihat saya sebelumnya.

Akhirnya tiba pada acara game, setiap orang dibagikan permen warna-warni, setiap orang harus memberikan permen ke orang lain sesuai dengan karakter warna yg dia nilai sesuai dengan orang tersebut. Warna merah untuk orang yang pinter, warna hijau untuk yang ceria, warna coklat untuk yang kalem dan seterusnya.

Game pun dimulai, semua orang membagikan permen ke orang lain, sambil menilai-nilai karakter orang tersebut warna apa yang pantas diberikan kepadanya, semua heboh. Awalnya saya biasa aja, hanya ikut-ikutan, saat saya sampai di meja, menumpuk begitu banyak permen warna kuning, dari peserta training lainnya, sahabat dan teman-teman sekantor saya. Saya kaget mendapat banyak permen warna kuning, saya tidak menyangka kalau orang lain memandang saya sesuai dengan kepribadian permen warna kuning. Pada game itu, permen warna kuning diberikan untuk orang yang selalu bersemangat dan pantang menyerah.

Selama ini saya selalu berfikir saya orang yang sering menyerah dan malas. Ternyata tidak dari sudut pandang orang lain. Rasanya saya berterimakasih pada game itu telah mengingatkan saya, kalau pemimpin itu harus terdepan, selalu bersemangat dan pantang menyerah. Ternyata, terkadang kita perlu mengakuan jujur dari sahabat untuk lebih memahami dan mengingat lagi siapa kita sesungguhnya.

Coba luangkan waktu berjalan dengan sahabat, dan saling mendiskusikan tentang diri masing-masing, kelebihan dan kekurangan dengan segala kejujuran hati.

Saya yang kurang menyukai training, malah kembali menyadari diri saya saat training dari sahabat-sahabat saya. Gara-gara permen.

Never give up, never ever surrender.



Friday, January 06, 2012

Apa Yang Emak Bilang?

Hampir 11 tahun saya merantau, pergi meninggalkan kampung halaman tanah tempat darah tertumpah di kota Padang, menuju petualangan kehidupan. Dari seorang anak lugu dengan segala kebodohan dan rasa takut, mengejar pengalaman, ilmu dan kedewasaan. Dulu pertamakali dalam hidup mencium tangan emak saat berangkat UMPTN, minta doa dan ridho biar lulus.

Apa yang emak selalu bilang sebelum semua percakapan diantara kami dimulai? Entah di telepon atau di rumah.
“Nak, Jangan lupa sholat 5 waktu, jangan bolong-bolong lagi”
“Nak, hematlah, emak tau bujangan itu duitnya habis terus”
“Nak, jangan pernah takut kalau yakin kamu benar”
“Nak, carilah urang awak, karena emak tau bagaimana sifat keras kepalamu”

Mak, anakmu mohon maaf karena sholat yang masih bolong-bolong, duit yang habis terus, rasa takut yang selalu memburu dan urang awak yang belum berjumpa.

Seoul – didinginnya winter January 2012


Monday, December 26, 2011

Kisah Sepeda

3 minggu yang lalu gw mendapat doorprize, sebuah sepeda warna putih, mereknya Titicaca. Sebelumnya gw belum pernah mendapatkan doorprize, ini adalah doorprize pertama kalinya, tapi bukan itu yang ingin gw ceritakan kali ini.

Faktanya adalah, gw belum pernah punya sepeda seumur hidup, jadi sepeda ini adalah juga sepeda pertama gw. Dulu saat gw belum menginjak TK gw memang pernah punya sepeda dengan roda bantu, sepertinya sepeda itu gak perlu dihitung disini. Ya, amazing, akhirnya gw punya sepeda beneran yang benar-benar kepunyaan gw, yang kepemilikannya sah ditangan gw.

Dulu gw belajar sepeda dengan memimjam sepeda BMX teman gw, tetangga sebelah rumah, maklumlah, dia punya banyak mainan, dari yang penting sampai gak penting. Gw bisa bersepeda kelas 2 SD, gw ingat waktu itu cawu 3 kelas 2, menginjak mau naik kelas 3, gw belajar mengendarai sepeda seefektif mungkin, saat sang teman meminjamkan sepedanya, akhirnya gw berhasil menguasainya dalam 2 hari. Menginjak kelas 3 SD gw sudah malang melintang mengendarai sepeda, tapi sayang sekali gw belum punya sepeda, hanya meminjam dari teman gw, sepeda kakak perempuannya yang jarang dipakai, jadi gw boleh meminjamnya.

Saat kelas 3 SD itu pula, mau naik kelas 4 SD, lagi heboh-hebohnya sepeda Federal, fun bike diadakan setiap minggu, bentuk sepeda berganti, dari sepeda BMX menjadi Federal. Dan, semua orang punya sepeda Federal! Sebagai seorang anak yang semua orang dilingkungannya punya sepeda, tentu saja gw pengen punya. Orang tua gw bilang akan membelikan sepeda bwt gw. Kelas 3 SD, naik kelas 4 gw rangking 1, juara kelas. Gw memberanikan meminta dibelikan sepeda federal ke nyokap. Dengan santainya nyokap bilang “gak ada duit”, gila, panik gw, semua orang punya sepeda dan gw? Gak mungkin terus-terusan meminjam sepeda temen.

Sempat gw mengamuk, gw bukan tipe orang yang ngambek, tapi sering mengamuk segila2nya, kalau keinginan gak tercapai. Kebiasaan gw mengamuk itu sejak dari kecil kata orang tua, nenek, tante2 gw, kebiasaan yang aneh sejak gw balita. Sekarang sih sudah berkurang, sudah makin dewasa, dan dilampiaskan ke hal lain. Hehehe. Gw mengamuk minta dibelikan sepeda Federal, sejadi2nya. Tetap orang tua gw gak berniat membelikannya. Akhirnya gw menyerah. Nyokap bilang kalo di atas gudang, di langit2 rumah ada sepeda ontel, kita biasa menyebutnya sepeda unta. Sepeda itu, sepeda nyokap saat sekolah di SMP 1 Padang dulu. Makin mengamuk gw, dibecandain kyk gitu ama nyokap. 2 hari berlalu, akhirnya gw turunkan juga itu sepeda, daripada gak ada sama sekali.

Sepeda onthel itu berdebu, tapi masih bagus, warnanya hitam agak hijau, ban-nya bocor, remnya masih bagus, sadelnya dari kulit warna hitam. Dinamo dan lampunya masih nyala, rantainya juga masih kuat. Masih ada tulisannya, mereknya “phoenix”, akhirnya gw bawa ke bengkel sepeda, gw minta duit buat ganti ban ke nyokap, dan nyokap setuju. Kedua bannya diganti baru, sepedanya gw bersihin sampai mengkilat, rantainya dikasih gemuk. Sepedanya ada boncengannya di belakang, rem-nya teromol, benar2 berbeda dengan sepeda Federal.

Sepeda onthel poenix itu berhasil gw bersihkan dan bisa dipake jalan. Gw coba mengendarainya di sekitar rumah. Malu? Pastinya, karena gak ada orang yang pakai sepeda itu sebelumnya, tapi apa daya daripada gak ada sepeda yang dipakai. 2 hari sudah sepeda itu gw pakai sekeliling rumah, lumayan, seru juga, jalannya cepat, karena rodanya memang di desain untuk jalan raya, remnya bagus, lampunya nyala, dan bisa mengeluarkan klakson kring kring. Hehehe. Di rumah OK, tapi bagaimana kalau dibawa kesekolah? Mau ditaruh dimana muka ini?

Ahh, gw gak peduli dengan apapun, gw gak mau gak bisa bermain dengan teman-teman karena gak punya sepeda. Biarlah gw sedikit malu, tapi bisa bermain bersama. Akhirnya gw bawa sepeda ontel merek phoenix itu ke sekolah. Gw kayuh pelan, perlahan, gw sudah siap untuk malu semalu-malunya di ejek oleh teman-teman karena sepeda gw bukan Federal. Ingin rasanya balik pulang kerumah, tapi gw musti sampai disana. Tiba di gerbang, teman-teman gw sudah bermain dengan riang di pekarangan sekolah. Gw datang mengayuh sepeda ontel tua, semua melihat ke arah gw, semua diam, semua kaget terbelalak. Gw lebih panik lagi memikirkan apa yang akan terjadi. Semua teman menghampiri gw, menyentuh sepeda gw, mungkin mereka kaget juga melihatnya. Gw bilang, “ini sepeda gw, turunan dari nyokap.” Gw galau.

Teman gw bilang “sepedanya keren” “mantabh” “hebat” “gak nyangka waang pake sepeda ini”. Gw lebih kaget lagi, kalau teman-teman gw memuji sepeda gw. Semua orang berebutan pengen make sepeda ontel gw, mereka rela meminjamkan sepeda mereka ke gw demi naik sepeda gw. Di komplek rumah temen gw juga gitu, semua berebut naik sepeda gw. Tiba-tiba jadi selebritis. Heuheu..

Gw benar-benar gak menyangka respon yang gw dapat dari teman-teman. 180 derajat berbeda dari apa yang gw bayangkan. Dan kisah itu mengubah cara pikir gw kecil terhadap dunia sampai sekarang. Gw belajar untuk menjadi percaya diri, gw menjadi orang yang independent, gw menjadi orang yang optimis, bahkan naive. Sejak itu gw percaya, jangan pernah menyerah sebelum pernah mencoba. Semua hal hanya masalah mengenai apa yang kita pikirkan saja, tidak lebih. Pikiranmu adalah milikmu, bahagiamu juga milikmu, sedihmu juga milikmu, perjuanganmu juga milikmu. “Who care with other people think about you”.

Gw selalu mengenang kisah sepeda ini, jika kehilangan semangat untuk menjadi optimis, dan lemah karena segala cacian.



 

Wednesday, December 07, 2011

K-Pop? K-Drama? Sorry I don't Understand

Bekerja di perusahaan gede kyk GS engineering & construction membuat banyak orang2 disini sedikit menghargai gw. Sebagai non-inhabitant yang beberapa kali travelling sampai ke middle east. Gw akan berbagi cerita mengenai karakter orang-orang Korea yang gw temui. Tentu saja dari sudut pandang Engineer dari Indonesia kyk gw.

Rata-rata orang Korea susah englishnya, bahkan freshman (engineer entry level) setingkat sarjana yang baru masuk kerja ngomong englishnya susah bener. Padahal mereka sudah belajar english dari jaman SD, hell! Anehnya mereka pikir English mereka bagus.. wakakak.. Gw punya teman sesama instrument engineer namanya Jung, dia tamatan Georgia tech USA, dia orang Korea yang englishnya paling bagus yang pernah gw temuin, itupun karena dia kuliah di USA. Jung bilang ke gw “David, Korean English is shiiit, you will not understand them” dia ngomong begitu ke gw dihari pertama gw kerja di GS, dan dia adalah Korean pertama yang menyapa gw. Dia bilang “Korean people are difficult, not like another country.” Untung dia bilang ke gw dihari pertama gw masuk, sampai sekarang gw memang membuktikan apa yang dia bilang.

Orang Korea menarik? Gak sama sekali menurut gw. Gw gak ngerti kenapa ada orang yang bisa tergila2 dengan K-Pop, Korean drama, aktris Korea atau apapun itu. Apa menariknya melihat muka yang di surgery, dengan cetakan yang hampir sama bentuknya, suara yang cempreng dan pas-pasan berlenggak lenggok? Atau drama korea yang nyontek drama Jepang, ide ceritanya gak jelas, dan bertolak belakang sama kehidupan sehari-hari? Jangan pernah membayangkan kehidupan orang sini seperti drama-drama yang mereka bikin, 180% bertolak belakang, beda banget! Orang korea aslinya adalah orang yang dingin, penakut, mereka egocentris, humor mereka gak jelas, anak mudanya munafik, jelas sekali kalau mereka inferior dan gak kreatif.

Munafik? Ya! Orang sini takut untuk menjadi berbeda, takut untuk ketinggalan mode. Jadilah kalau disubway, semua orang memakai pakaian dengan model yang sama, tas model sama, sepatu model sama. Freak! Ketawa gw ngelihatnya kasihan, mereka bener2 diperbudak oleh tukang jualan. Gw ngebayangin, “pantes gampang mengatur masyarakat sini, karena menjadi berbeda itu sebuah kesalahan disini” Coba bayangkan perasaan gw sebagai orang yang nyata-nyata berbeda dengan mereka?? Wakakak.. Jung bilang ama gw “It will be difficult with you to make a friend with Korean, they think they are modern and western style but not.” dan itu benar adanya. Cuman sedikit orang sini yang tulus untuk menjadi teman.

Mereka berfikir mereka paling pintar, padahal minta ampun, susahnya memahami sesuatu. Ini adalah masalah yang paling parah menurut gw. Gw bersyukur boss gw Mr. Kang adalah orang yang lama tinggal di luar negeri, jadi jauh lebih open minded. Disetiap team meeting dia selalu bilang kelemahan2 orang sini dan dia selalu takut dengan cara berfikir anak muda anakmuda disini yang malas dan lambat mengerti. Mr. Kang selalu bilang “David, 5 years working experience in Korea is nothing but they think they understand well, do you know what I mean?” dan gw tertawa, 6 bulan kerja disini, gw menyadari apa yang dia maksud. Boss gw suruh semua orang nanya ke gw kalau ada masalah engineering, tentu saja Koreannya bertanya dengan ogah2an, secara umurnya lebih tua dari gw. heuheu.. Pekerjaan yang biasa gw lakukan 2 jam di Indonesia, disini dikerjakan oleh engineer sini 8 jam. Hayhay,.. Untung gak ada yang sotoy dan sok ngajarin.

Gw akui Seoul adalah kota yang lengkap, modern, bersih. Tapi kadang terlalu dingin untuk non inhabitant kyk gw. Faktanya menurut gw Korea itu gak punya heritage. Mungkin karena mereka ada diantara China dan Jepang, jadinya nanggung. Hehehe.. Mau ngomong kerajaan, history kaisar gak ada, istana/palace cuman gitu2 aja, bingung gw. Jauh lebih wah ngomongin heritagenya China ato Jepang. Mereka beruntung dulu dibantu USA saat perang Korea, karena posisi mereka di antara China & Jepang, Amerika mengendalikan Korea sampai sekarang.

Ntar gw sambung lg deh, kita belum ngomongin fisik ini. Hahaha..






Friday, November 18, 2011

Saya Beruntung

Gak terasa udah 9 bulan saya di Seoul, di Korea. Sungguh perjalanan yang amat menarik dan menyenangkan, berada di negeri yang sebelumnya gak pernah saya bayangkan. Saya memang bukan pecinta drama korea, juga gak terlalu mengerti asia timur itu seperti apa kebudayaannya. Bagi saya, pencarian pemahaman baru dengan perjalanan ke tempat-tempat baru adalah hal yang mutlak dalam hidup. Apapun itu baik atau buruk, semua harus dilihat secara positive untuk perkembangan kedepan. Mengambil opportunity untuk menjadi engineer di perusahaan Korea di Seoul memang salah satu pilihan hidup yang mengubah sudut pandang saya.

Saya beruntung 5 tahun di Tripatra mengalami semua phase project, belajar dan memahami dunia EPC, belajar dari leader-leader hebat Tripatra, terimakasih, It’s a priceless moment in my lifestory. Tripatra memang tempat hebat untuk membentuk pondasi engineering yang kuat, mengetahui arti project management, memahami makna kerja keras, saya beruntung. Saya berhasil melewatkan transisi saya ke GSEC Korea seamlessly, dengan riak-riak yang tak terlalu banyak .

Tepat hampir setahun lalu saya di telpon untuk wawancara dengan GSEC, wawancara saya dengan perusahaan lain, setelah 4 tahun sebelumnya dengan RNR, bos saya di Tripatra. Bagi saya yang hidup dengan perfeksionis dan logis ini, saya sering mengambil keputusan penting malah tidak dengan logika, tapi dengan perasaan. Saya memasukkan aplikasi ke GSEC karena ada perasaaan bahwa saya akan diterima, that’s all, tanpa pernah membayangkan embel-embel keluar negeri, hidup di Korea, salary dan sebagainya. Hampir sama saat saya memilih jurusan di ITB, saya undi pake kertas, heuheu. Di hari wawancara, saya telpon mama di Padang, minta doa, saya ingat di ketawa sambil bilang “Serius? Mau ke luar negeri?” “Iya, saya mau ke Korea dululah sebelum ke Europe atau USA” saya bilang sambil tertawa. Yang terbaik sajalah untuk kamu, trus nikahnya kapan?” jawabnya. Dan awal Maret 2011 saya berangkat ke Seoul.

Sampai di Seoul, 7 jam perjalanan dari Jakarta, waktu itu akhir winter, udara terasa dingin,menembus tulang. Ternyata temperature -3 degC, pertama kali saya merasakan temperature negative, paling rendah 9 degC di Islamabad sebelumnya.

Mungkin saya gak akan lama2 disini, karena bagaimanapun saya tetep orang minang, otak bisnis selalu muncul dan perjalanan harus terus dilanjutkan :)

Tapi saya akan berusaha, merangkum cerita yang saya lalui selama di Seoul ini. Lebih baik telat daripada tidak sama sekali.

 

Kenapa kuliah terus Pak?

Waktu gw ikutan kuliah CFA (Chartered Financial Analyst), gw berkenalan dg seorang bapak berumur kurang lebih 50 tahunan, Chinese dia. Diawal kelas pertama kali, bapak itu duduk di sebelah gw, kita ngobrol panjang lebar, sejak itu gw deket dg dia. Di awal perkenalan kami, gw tanya dia “wow.. kenapa bapak seumur ini masih ikut training beginian? Saya pikir, bapak pasti expert, bahkan jauh lebih expert dari pengajarnya” Dia ketawa trus bilang, “David, saya taruhan sama anak saya, siapa yang bisa dapat gelar CFA lebih dulu.” “Hanya itu?” gw tanya lagi, dan dia ketawa sambil nanya, “kamu kerja dimana emang?” “Tripatra, saya engineer pak, project engineer, engineer yang penasaran ama finance” jawab gw. “kuliah dimana?” tanyanya, kalo ditanya ini pasti senang menjawabnya, “ITB, Teknik Fisika, control” kata gw. “Bagus, berarti deket kita, saya juga engineer, kita sama2 bermain di control room” katanya. Gw langsung kaget, bapak ini ternyata engineer, pembawaannya tenang, ngobrolnya ok, nyambung, punya nasionalisme tinggi, mantabh bener dah.

Jadilah, gw tertarik dan menelusuri dia jauh lebih dalam, “bapak dulu kuliah dimana?” gw tanya dia. “Saya chemical engineering, dulu pernah jadi proses engineer, saya dulu kuliah di NTU, National Taiwan University, saya asli Suroboyo, mangkanya saya bilang kita sama-sama main di control room” katanya. Kita ngobrol panjang lebar, dia bener2 nasionalis sejati dia, cinta banget ama Indonesia, pulang dari kehidupan nyaman di luar negeri, merintis usahanya dari awal, hingga sukses sekarang ini, ngobrol, membuka cerita2 undercover pemimpin & politikus masa kini, (dia pendukung JK-red) “kok bisa ngomong politik pak? Dan kenal dengan orang-orang itu?” “Thesis saya tentang itu, tentang politik” katanya, “saya ngambil Doktor Hukum di UI, mereka teman-teman saya, banyak yang saya kenal.” Bapak penuh semangat ini ternyata punya banyak gelar, sarjana teknik kimia, master teknik, sarjana ekonomi, master ekonomi, sarjana hukum sampai doktor, dan dia masih mau ikut training CFA tiap hari Sabtu selama 6 bulan. Hebatnya, dia menayakan kabar gw kalo gw gak datang kuliah, dan sebaliknya dia ngabarin gw kalo dia gak datang. Gw tanya “Kenapa kuliah terus pak?” “Saya mempekerjakan banyak orang, dari yang tamat smp sampai doktor, dari engineer sampai legal, saya harus jauh lebih paham dan salah satu caranya untuk paham adalah kuliah, sekolah dan terus belajar” katanya.

Dan gw jadi malu dengan diri sendiri.



Wednesday, September 21, 2011

Kali Ini Aku Tak Cemburu

 
Burung terbang meninggalkan sarangnya mungkin tak kan pernah kembali
 
Tapi ia selalu mengingat siapa yang selalu memberikan suapan terbaik saat ia lemah

Tangan itu mungkin tak kuat lagi sekarang

Ia selalu ingat yang menghangatkannya dengan selimut saat tubuhnya menggigil

Tangan itu mungkin semakin lemah sekarang

Ia selalu ingat yang terbangun saat dia menangis dalam gelap dan dingin malam

Mata itu mungkin semakin rabun sekarang

Ia selalu ingat yang mengajarkannya memahami dunia dengan sempurna

Pikiran itu mungkin sudah sering lupa sekarang

Ia selalu ingat yang selalu menanyakan bagaimana hari yang dijalaninya

Suara itu mungkin sudah semakin pelan sekarang

Burung itu selalu ingat yang selalu merindukannya untuk singgah ke sarangnya dulu, sekedar merenungi lagi cita-cita dan impian

I love you ma, semoga mabrur di Baitullah, puaskanlah semua cintamu untuk Dia

Kali ini, anakmu tak sanggup meminta doa apa-apa darimu, karena yakin disetiap nafasmu ada doa untukku, untuk kami

 

Tuesday, August 23, 2011

Heaven just only fairy tale (2)

Saya mahasiswa baru di ITB, hobi saya yang benar-benar saya gilai adalah membaca, membaca apa saja, apapun. Sampai lah di perpusatakaan pusat ITB, saya membayangkan bukunya banyak pasti, hmm.. yummy. Sampailah disana dan ternyata, bukunya Textbook English semua, bener-bener beyond imagination, gak kebayang, dibandingkan dengan perpustakaan smp atau sma yg secuilpun gak ada apa2nya. Ditengah kebingungan karena gak tau musti meminjam buku apa, jadilah akhirnya saya pinjam buku Text book Fisika judulnya “Feynman Lectures on Physics” dari sana saya mulai tertarik dengan prof. Feynman, cara berfikirnya dia, struktur logika dan bagaimana mempresentasikan dengan simple, sederhana namun dapat dipahami (dia main bongo, dan saya suka main gendang). Professor yang bener2 menarik, dia adalah salah satu orang yang membentuk cara berfikir saya sampai sekarang ini.
Hawking menjelaskan mekanika kuantum dengan sederhana dan mudah dimengerti, Penyampaiannya dibuku ini menggunakan bahasa non-teknis dengan terilhami dari formulasi yang dibuat oleh Richard Feynman theory pendekatan   "Sum Over Hystory".  Dengan metode mekanika kuantum dari Feynman,  peluang atau probabilitas suatu kejadian -elektron bergerak dari tempat Anda ke pintu kamar Anda, misalnya- dihitung dengan menjumlahkan probabilitas dari semua cara yang bisa terjadi. Pergerakannya bisa bergerak dalam garis lurus, mengelilingi ruangan beberapa kali atau bahkan (dengan probabilitas yang sangat kecil) mengunjungi planet Mars terlebih dahulu kemudian kembali lagi pada jalan ke pintu.
Saya punya sahabat di kampus, kita seringkali bercerita tentang bagaimana universe kita ini bekerja, perumpamaan kita ibarat lapangan bola, Tuhan membuat aturan mainnya, dan kita mengeksekusi pertandingannya, lantas apakah Tuhan tau hasil pertandingan yang mungkin akan  terjadi, ya pastilah, karena Dia yang membuat aturannya sendiri karena Dia diawal dan dia pula Diakhir, Dia pemilik waktu, pemilik semua makluk termasuk akhirat, surga dan neraka adalah makhlukNya juga. Tidak ada yang kekal selain Dia.
Dengan latar belakang itu, Hawking dan Mlodinow sampai ke inti persoalan dari buku ini: bagaimana cara teori tentang mekanika kuantum dan relativitas datang bersama-sama untuk membentuk pemahaman kita tentang bagaimana alam semesta kita (dan mungkin orang lain) terbentuk. Menurut mereka, saat ini mungkin teori ini menjadi deskripsi terbaik dari fisika bagaimana menjelaskan alam semesta. Mereka menjelaskan apa yg mereka sebut dengan "M-teori" yang memprediksi bahwa tidak ada alam semesta yang tunggal (satu kita hidup didalamnya) tetapi sejumlah besar alam semesta. Dengan kata lain, tidak hanya bumi, bumi hanyalah salah satu dari beberapa planet dalam sistem tata surya kita dan salah satu Bima Sakti  dari miliaran galaksi, tetapi alam semesta kita sendiri juga hanyalah salah satu diantara miliaran tak terhitung alam semesta. Menarik dan mengejutkan.
Kesimpulan yang mengikuti teori diatas menjadi benar-benar inovatif. Dari semua alam semesta yang mungkin ada, beberapa harus memiliki aturan yang memungkinkan munculnya kehidupan.  Fakta bahwa kita di sini sudah memberitahu bahwa kita berada  dalam sudut multiverse. Dengan cara ini, semua pertanyaan dijawab dengan menunjuk ke sejumlah besar alam semesta yang mungkin ada dan menarik kesimpulan bahwa beberapa dari mereka memiliki sifat yang memungkinkan keberadaan kehidupan, hanya dengan sebuah kebetulan (probability).
Akhirnya buku ini mengembalikan kita mengenai jawaban dari pertanyaan terdalam dari kosmologi modern tanpa persamaan tunggal. Dari buku ini kita akan bisa mendapatkan sudut pandang baru melalui gagasan tanpa banyak detail teknis tapi cukup bisa untuk dimengerti bagaimana cara berfikirnya, Mungkin saja pada akhirnya gagasan seluruh multiverse akan benar-benar berubah menjadi benar!
Lalu dimana Surga dan Neraka? Apakah hidup kita ini hanyalah kebetulan-kebetulan belaka?
Silahkan dibaca bukunya sebelum mengomentari.

Friday, August 19, 2011

Success

At age 4 success is not peeing in your pants. 
At age 12 success is having friends. 
At age 16 success is having a drivers license. 
At age 20 success is having sex. 
At age 35 success is having money. 
At age 50 success is having money. 
At age 60 success is having sex. 
At age 70 success is having a drivers license. 
At age 75 success is having friends. 
At age 80 success is not peeing in your pants. 




Quote from: Unknown

Tuesday, August 16, 2011

Janji Kemerdekaan




 
Kibarannya membanggakan. Merah-Putih berkibar gagah di tiang bambu depan rumah batu. Rumah sepetak kecil, alasnya tanah dan atapnya genting berlumut. Di tepi rel kereta tak jauh dari stasiun Jatibarang. Rumah batu itu polos tanpa polesan material mewah.

Pemiliknya jelas masih miskin. Tapi dia pasang tinggi bendera kebanggaannya. Seakan dia kirim pesan bagi ribuan penumpang kereta yang tiap hari lewat depan rumahnya: Kami juga pemilik sah republik ini, dan kami percaya di bawah bendera ini suatu saat kami juga akan sejahtera !

Yang miskin nyatakan cinta dan bangga pada negerinya. Keseharian hidupnya mungkin sulit, mungkin serba kerontang. Mungkin tak punya tabungan di bank, tapi tabungan cintanya pada Republik ini luar biasa banyak. Negeri ini dicintai dan dibanggakan. Rakyatnya cinta tanpa syarat.

Tiap memasuki bulan Agustus ada rasa bangga. Kemerdekaan diongkosi dengan perjuangan. Di tiap hela napas anak bangsa hari ini, ada tanda pahala para pejuang, para perintis kemerdekaan.

Jangan pernah lupa bahwa saat merdeka mayoritas penduduknya serba sulit. Hanya 5% rakyat yang melek huruf. Siapapun hari ini, jika menengok ke masa lalunya maka masih jelas terlihat jejak ketertinggalan adalah bagian dari sejarah keluarganya. Kemiskinan dan keterbelakangan adalah baju bersama di masa lalu.

Republik ini didirikan bukan sekadar untuk menggulung kolonialisme tapi untuk menggelar keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Republik hadir untuk melindungi, mensejahterakan, dan mencerdaskan rakyatnya serta memungkinkan berperan dalam tataran dunia.
Isi Pembukaan UUD 1945 selama ini diartikan sebagai cita-cita. Cita-cita kemerdekaan adalah kata kunci paling tersohor. Istilah cita-cita kemerdekaan adalah istilah yang sudah jamak dipakai dalam mengilustrasikan tujuan republik ini. Tapi ada ganjalan fundamental disini.

Kemerdekaan perlu beri ekspresi yang lebih fundamental, bukan sekadar bercita-cita. Lewat kemerdekaan, sesungguhnya Republik ini berjanji. Narasi di Pembukaan UUD 1945 bukanlah ekspresi cita-cita semata, tapi itu adalah janji. Pada setiap anak bangsa dijanjikan perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan dan bisa berperan di dunia global. Republik ini dibangun dengan ikatan janji!

Cita-cita itu adalah harapan, dan ia bisa tidak mengikat. Secara bahasa cita-cita itu bermakna keinginan (kehendak) yg selalu ada di dalam pikiran atau dapat juga diartikan sebagai sebuah tujuan yang
hendak dilaksanakan. Bila tercapai cita-citanya maka akan disyukuri. Tapi, jika tidak tercapai maka cita-cita bisa direvisi. Ada komponen ketidakpastian yang abstrak pada kata cita-cita. Indonesia hadir bukan sekadar untuk sesuatu yang didalamnya mengandung komponen yang belum tentu bisa dicapai. Sudah saatnya tidak lagi menyebutnya sebagai cita-cita tapi mulai menyebutnya sebagai Janji Kemerdekaan.

Berbeda dengan cita-cita, sebuah janji adalah kesediaan, kesanggupan untuk berbuat, untuk memenuhi dan untuk mencapai. Janji adalah hutang yang harus dilunasi. Janji memberikan komponen kepastian. Janji itu kongkret. Janji tidak abstrak dan uncertain. Republik ini bukan sekadar bercita-cita tapi berjanji mensejahterakan dan mencerdaskan tiap anak bangsa.

Hari ini janji itu telah dilunasi bagi sebagian rakyat. Sebagian rakyat sudah tersejahterakan, tercerdaskan, terlindungi dan bisa berperan di dunia global. Mereka sudah mandiri. Mereka tak lagi tergantung pada negara mulai dari soal kehidupan ekonomi keseharian, pendidikan, sampai dengan kesehatan. Ya pada mereka, janji kemerdekaan itu sudah dibayar lunas.
Tapi masih jauh lebih banyak yang kepadanya janji itu belum dilunasi. Bangsa ini perlu melihat usaha mencerdaskan dan mensejahterakan bukan sekadar meraih cita-cita tapi sebagai pelunasan janji kemerdekaan. Pelunasan janji itu bukan cuma tanggung-jawab konstitusional negara dan pemerintah tapi juga tanggung jawab moral setiap anak bangsa yang kepadanya janji itu telah dilunasi: telah terlindungi, tersejahterakan, dan tercerdaskan.
Jangan lupa dahulu seluruh rakyat sama-sama miskin, buta huruf, terjajah dan terbelakang. Mayoritas mereka yang hari ini sudah tersejahterakan dan tercerdaskan mendapatkannya lewat keterdidikan. Pendidikan di Republik ini adalah eskalator sosial ekonomi; keterdidikan mengangkat derajat secara kolosal jutaan rakyat untuk mendapatkan yang dijanjikan: tercerdaskan dan tersejahterakan.
Saat Republik ini didirikan semua turun tangan menegakkan Merah-Putih, menggulung kolonialisme. Ada yang sumbang tenaga, harta dan banyak sumbangannya nyawa. Mereka menegakkan bendera tanpa minta syarat agar anak-cucunya nanti lebih sejahtera dari yang lain. Semua paham adanya janji bersama untuk menggelar kesejahteraan bagi semua. Itu bukan sekadar cita-cita. Kini bendera itu sudah tegak, makin tinggi dan dibawah kibarannya, janji kemerdekaan harus dilunasi untuk semua.
Bayangkan di kampung kecil pinggiran kota, di rumah kayu ala kadarnya. Kabel listriknya berseliweran dipakai gantungan dan aliran listrik lampu kecil. Dibawah sinar lampu seadanya beberapa orang bersila diatas tikar membincangkan rencana perayaaan kemerdekaan di kampungnya. Mereka belum sejahtera dan mereka akan rayakan kemerdekaan !

Tidak pantas rasanya terus menerus merayakan kemerdekaan sambil berbisik memohon maaf bagi mereka yang belum terlindungi, belum tercerdaskan dan belum tersejahterakan. Bangun kesadaran baru bahwa usaha ini sebagai pemenuhan janji. Sebagai janji ia mengikat, bisa mengajak semua ikut melunasinya dan agar semua lebih yakin bahwa janji itu untuk dilunasi.
Perayaan kemerdekaan bukan sekadar pengingat gelora perjuangan. Merayaan kemerdekaan adalah meneguhkan janji.  Biarkan pemilik rumah batu itu menerawang kibaran Merah-Putih di rumahnya sambil senyum membayangkan bahwa dia dan anak-cucunya akan tersejahterakan dan tercerdaskan. Semua bangga jika perayaan Kemerdekaan adalah perayaan lunasnya janji kemerdekaan bagi tiap anak bangsa.


Anies Baswedan
Rektor Universitas Paramadina
@aniesbaswedan

Bulan Penuh


Tubuhku berkeringat, bulirnya jatuh ke pijakan

Beberapa helaian rambut lepas dari tampuknya, bisu

Ujung mataku sayu, bayanganmu menjadi berjuta

Putaran nafas tertahan, ada yang ingin ku buang

Malam ini bulan penuh, tak bisa kunikmati

Mungkin karena kau tak disini

Friday, August 12, 2011

Cerita pertemuan terakhir antara Bung Karno & Bung Hatta, diakhir hidup Bung Karno

Hatta ..., kau ada di sini....?
Hatta tidak dapat menyebunyikan kesedihan, tapi ia mencoba yang terbaik untuk teman lamanya, tidak merasakan kesedihan apa yang ia lihat, kemudian dengan sedikit senyum Bung Hatta memaksakan diri untuk menjawab Bung Karno.
Ya, bagaimana kabar No?
Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba dengan bahasa Belanda, sesuatu yang selalu mereka lakukan ketika masih menjadi Dwi Tunggal,
Hoe gaat het bertemu Jou? Bagaimana Anda?
Soekarno akhirnya terisak-isak seperti seorang anak, setiap pembelaan Hatta juga menangis terisak-isak, ia mengambil bagian juga, tangisnya runtuh. Dalam situasi seperti dua teman menangis, Hatta menyadari siksaan yang diderita oleh Bung Karno, ia mungkin tidak. “Disiksa secara fisik tetapi siksaan mental yang dialami oleh teman lamanya begitu memilukan Bung Hatta".
Tidak ada...
Hanya itu yang dapat dikeluarkan dari bibir Bung Hatta, bibirnya tidak bisa lagi mengatakan, kesedihan serta rasa kecewa membuat bahunya untuk bergoncang.
Bung Hatta terus memijat tangan Bung Karno dengan baik, kemudian hilang dalam keheningan, seolah-olah mereka ingat kembali ke era di mana mereka menghabiskan hidup mereka untuk membebaskan bangsa ini menuju kemerdekaan.
Soekarno seolah-olah dia berdiri diam tanpa kata, hanya memegang rasa sakit yang mendalam, jiwa mengembara, ia hanya menunggu saat ketika dia mencapai surga, ia hanya diam-diam mengundurkan diri untuk menunggu panggilan Sang Pemilik.
Sumber: Wikileaks dengan terjemahan dari penulis (gw-red).